Breaking News
Aksi Berani di Super Bowl, Bendera Palestina dan Sudan Diterbangkan     Pentingnya Kebiasaan dalam Menentukan Karakter dan Nasib     Dua Wanita Palestina dan Bayi Tewas dalam Serangan Militer Israel     Lebih dari 20.000 Pengungsi Palestina Terpaksa Mengungsi dari Kamp Jenin     Cantik Itu tentang Mencintai Diri Sendiri    

Anak-Anak Pengungsi Perang di Port Sudan Butuh Perhatian

Port Sudan, Sudan – Sekitar 110 anak-anak kini berada di sebuah kamp pengungsi di Port Sudan setelah melarikan diri dari rumah mereka akibat perang yang berkecamuk. Anak-anak ini tinggal di tengah tempat penampungan darurat yang terbuat dari lembaran plastik. Mereka berbicara dengan tim psikososial dari lembaga amal Islamic Relief dan menceritakan pengalaman traumatis yang mereka alami.

Dalam sesi tersebut, anak-anak menggambar berbagai gambar yang menceritakan penderitaan mereka, seperti pria bersenjata, rumah yang terbakar, dan dunia yang hancur.

Salah satu anak laki-laki berusia sekitar enam atau tujuh tahun mendekati Waseem Ahmad, CEO Islamic Relief, dan meminta permen. "Saya bisa melihat dia kekurangan gizi," kata Ahmad. "Ketika saya bertanya apa yang dia makan, dia menjawab bahwa dia makan apapun yang bisa ditemukan di jalan, seperti rumput dan serangga."

Ahmad pun memberikan dua permen kepada anak tersebut. Anak itu memberitahu Ahmad bahwa dia akan menyimpan satu permen untuk saudarinya dan mengajak Ahmad untuk bertemu dengan ibunya. Ibu anak tersebut menceritakan bahwa dia tidak tahu di mana suaminya berada.

Perang di Sinja, daerah asal mereka di negara bagian Sennar, Sudan tenggara, telah memaksa wanita tersebut untuk melarikan diri bersama anak-anaknya dengan berjalan kaki. Dengan suhu siang hari mencapai lebih dari 40 derajat Celsius dan kelompok bersenjata di sepanjang jalan, dia memimpin anak-anaknya melalui semak belukar, hutan, dan hutan di malam hari.

Butuh waktu 12 hari bagi keluarga ini untuk menjauh dari pertempuran. Akhirnya, mereka tiba di Port Sudan, kota di tepi Laut Merah yang kini menjadi tempat tinggal bagi pemerintah yang berafiliasi dengan militer dan ratusan ribu orang yang terpaksa mengungsi akibat perang yang dimulai pada April 2023.

Ibu tersebut menceritakan kepada Ahmad bahwa selama perjalanan sejauh 300 km, dia sering mendengar jeritan dan tangisan wanita lain. Pasukan Dukungan Cepat (RSF), sebuah kelompok paramiliter yang dulunya terkait dengan tentara Sudan tetapi kini berperang melawan mereka, telah "menculik wanita dan gadis muda dari sanak saudara mereka," jelas Ahmad, mengingat percakapan yang dia lakukan dengan beberapa wanita yang mengalami situasi serupa selama kunjungannya ke Port Sudan.

Di daerah yang dikuasai RSF, penculikan dan serangan sering terjadi di pos pemeriksaan. Untuk menghindari hal ini, ibu anak tersebut mengarahkan keluarganya menjauh dari jalan yang dapat dilalui kendaraan. "Orang-orang menggunakan pemerkosaan dan kekerasan sebagai senjata perang," kata Ahmad, merujuk pada tindakan RSF.

Kondisi anak-anak dan wanita yang terpaksa mengungsi ini sangat memprihatinkan. Mereka membutuhkan perhatian dan bantuan segera agar bisa pulih dari trauma yang mereka alami.

library_books Middleeasteye