Pada sebuah sore Kamis yang baru lalu, Kota Bebas Bea Haikou, sebuah mal besar yang terletak di provinsi pulau selatan Tiongkok, Hainan, terlihat sangat sepi. Pemandangan ini sangat mengkhawatirkan bagi China Duty Free, raksasa belanja mewah yang dimiliki negara dan yang membuka mal ini pada tahun 2022.
Dalam laporan pendapatan terbarunya, China Duty Free mengungkapkan bahwa penjualan mereka untuk tahun 2024 mengalami penurunan yang signifikan. Pendapatan perusahaan turun sebesar 16% dan laba bersih mereka jatuh sebesar 36%. Angka-angka ini menunjukkan bahwa situasi belanja mewah di negara itu sedang menghadapi tantangan besar.
Beberapa tahun yang lalu, para analis industri memperkirakan bahwa Tiongkok akan menjadi destinasi ritel mewah terbesar di dunia pada akhir tahun 2025. Namun, kenyataannya saat ini jauh dari harapan tersebut. Penurunan mendadak dalam pembelian barang-barang mewah oleh konsumen menjadi penyebab utama dari hasil yang buruk ini.
Dengan kondisi yang semakin memburuk, banyak yang bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa mal yang diharapkan menjadi pusat perbelanjaan mewah justru sepi pengunjung? Masalah ini tentu saja menarik perhatian banyak orang, terutama bagi mereka yang mengikuti perkembangan industri ritel di Tiongkok.
Situasi ini menjadi pelajaran penting bagi dunia bisnis, terutama dalam memahami perilaku konsumen yang dapat berubah dengan cepat. Saat ini, China Duty Free harus mencari cara untuk menarik kembali pelanggan ke mal mereka dan meningkatkan penjualan yang telah menurun ini.
Dengan harapan, kita dapat melihat langkah-langkah baru yang akan diambil oleh China Duty Free dalam waktu dekat untuk mengatasi tantangan yang ada dan mengembalikan semangat belanja mewah di Tiongkok.
Kota Bebas Bea Haikou Hainan penjualan China Duty Free mall