Beijing, 8 April 2025 – Bank Sentral China (PBOC) telah mengambil langkah signifikan dengan membiarkan mata uang yuan melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Keputusan ini terjadi di tengah ketegangan yang meningkat akibat perang tarif antara kedua negara.
Menurut laporan dari Bloomberg, PBOC menetapkan nilai tukar yuan pada level 7,2038 per dolar AS. Ini merupakan tingkat terlemah yang dicatat sejak September 2023. Melemahnya yuan ini menunjukkan adanya perubahan dalam kebijakan nilai tukar yang diterapkan oleh pemerintah China.
Kepala Strategi Makro China di Standard Chartered Bank, Becky Liu, menyatakan bahwa langkah ini menandakan bahwa rezim valuta asing China mulai beralih ke depresiasi yang dikelola. Artinya, China memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam pengaturan nilai tukar yuan, bukan dengan batasan yang ketat seperti sebelumnya.
"China mengizinkan fleksibilitas valuta asing yang lebih besar sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi tekanan pertumbuhan di tengah kenaikan tarif yang agresif," jelas Liu. Pernyataan ini menunjukkan bahwa pemerintah China berusaha untuk melindungi ekonominya dari dampak negatif akibat perang tarif dengan AS.
Perang tarif adalah konflik perdagangan yang terjadi ketika dua negara mengenakan tarif atau pajak tambahan terhadap barang impor dari negara lain. Hal ini sering kali mengakibatkan kenaikan harga barang dan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kedua negara yang terlibat.
Dengan demikian, keputusan PBOC untuk membiarkan yuan melemah diharapkan dapat membantu meningkatkan daya saing ekspor China di pasar global, meskipun pada saat yang sama juga dapat menimbulkan risiko inflasi di dalam negeri.
Ketidakpastian mengenai masa depan hubungan dagang antara China dan AS tetap tinggi, dan langkah-langkah yang diambil oleh kedua negara akan terus mempengaruhi kondisi ekonomi global.
Yuan Dolar AS Bank Sentral China perang tarif ekonomi