Breaking News
Inspirasi dari Perjuangan: Usaha Lebih Penting dari Hasil     Kapten Jay Idzes Siap Pimpin Timnas Indonesia Hadapi Australia     Proyek Tanggul Laut Raksasa di Jawa Dilanjutkan     DPR RI Setujui RUU TNI Menjadi Undang-Undang     Ribuan Penerima Bansos di Banten Ternyata Orang Kaya    

Polisi Australia Tawarkan Bonus untuk Warga Selandia Baru

Dalam sebuah upaya untuk menarik warga Selandia Baru bergabung dengan layanan polisi negara bagian Australia, sebuah iklan yang dirilis tahun lalu mengklaim, "hari-hari yang lebih hangat dan gaji yang lebih tinggi." Iklan tersebut menawarkan kepada Kiwis, sebutan untuk warga Selandia Baru, kesempatan untuk "berpoli di surga" dengan janji mendapatkan 300 hari sinar matahari setiap tahun serta bonus relokasi sebesar A$20.000 (sekitar Rp 186.000.000).

Bagi banyak orang, tawaran ini sangat menggoda. Saat ini, Selandia Baru sedang menghadapi masalah. Ekonomi negara tersebut mengalami resesi dan angka pengangguran meningkat. Banyak warga Selandia Baru yang merasa kesal dengan tingginya biaya perumahan dan meningkatnya angka kriminalitas.

Ekonomi yang kecil dan kurangnya kesempatan kerja telah lama mendorong banyak pemuda untuk mencari pengalaman di luar negeri, yang mereka sebut sebagai "pengalaman luar negeri". Meskipun banyak dari mereka umumnya kembali ke tanah air, pemerintah Selandia Baru telah mengimbangi hilangnya tenaga kerja dengan mengizinkan imigrasi dari negara-negara seperti India dan China. Namun, kali ini, ada kekhawatiran bahwa pemuda Selandia Baru mungkin tidak akan kembali lagi setelah merasakan kehidupan di luar negeri.

Tawaran dari polisi Australia ini menunjukkan bahwa ada daya tarik tersendiri bagi Kiwis untuk mempertimbangkan kembali pilihan mereka. Dengan iklim yang lebih hangat dan kesempatan kerja yang lebih baik, banyak yang melihat ini sebagai kesempatan untuk memulai hidup baru. Namun, juga penting untuk melihat bagaimana keputusan ini dapat mempengaruhi masa depan Selandia Baru dan keberadaan pemudanya di negara tersebut.

library_books Theeconomist