Perdana Menteri Inggris, Sir Keir Starmer, mengalami delapan bulan pertama yang penuh tantangan dalam jabatannya. Banyak pihak menilai bahwa kepemimpinannya ditandai dengan kurangnya tindakan dan beberapa kesalahan. Namun, dalam bidang kebijakan luar negeri, Starmer tampaknya menemukan peran yang lebih sesuai baginya.
Sejak mengambil alih kekuasaan, Partai Buruh yang dipimpin oleh Starmer telah berusaha keras dalam diplomasi. Salah satu pencapaian besar adalah pertemuan puncak para pemimpin Eropa yang baru-baru ini berlangsung. Pertemuan ini menjadi simbol normalisasi hubungan Inggris dengan negara-negara di benua Eropa.
Selain itu, upaya diplomatik Starmer mencapai puncaknya saat ia mengunjungi Oval Office, markas besar presiden Amerika Serikat. Kunjungan tersebut merupakan hasil dari kerja keras yang dilakukan selama berbulan-bulan. Starmer menunjukkan komitmennya untuk memperkuat hubungan antara Inggris dan Amerika Serikat.
Meskipun demikian, keberanian Starmer dalam mengambil langkah-langkah diplomatik ini juga menyembunyikan beberapa kelemahan. Ia memiliki kebebasan yang lebih besar dibandingkan dengan pemimpin lainnya, namun hal ini juga menunjukkan bahwa ia mungkin tidak memiliki dukungan penuh di dalam negeri. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Starmer untuk terus melanjutkan kebijakan luar negeri yang ambisius ini.
Dengan langkah-langkah yang diambilnya, Starmer berharap dapat memperkuat posisi Inggris di panggung internasional. Masyarakat dan pengamat menantikan bagaimana ia akan mengelola kebijakan luar negeri ini di masa depan.
Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer diplomasi kebijakan luar negeri