Karyawan Cisco baru-baru ini mengungkapkan tantangan yang mereka hadapi saat meminta perusahaan untuk membatalkan kontrak dengan Israel dan meningkatkan pengakuan terhadap krisis kemanusiaan di Gaza. Dalam setahun terakhir, Cisco tampak sebagai salah satu perusahaan teknologi yang menghindari backlash internal terkait respons mereka terhadap perang di Gaza.
Chuck Robbins, CEO Cisco, mengeluarkan pernyataan pada November lalu yang mengakui penderitaan yang dialami oleh baik warga Israel maupun Palestina. Namun, dua bulan lalu, Francine Katsoudas, petinggi kebijakan dan tujuan perusahaan, tampak tersenyum saat berpose untuk foto bersama banyak organisasi karyawan, termasuk organisasi untuk Palestina. Foto ini kemudian menjadi sumber ketegangan di dalam perusahaan.
Di balik layar, delapan karyawan saat ini dan satu mantan karyawan yang berbicara dengan WIRED mengklaim bahwa Cisco telah meminggirkan kelompok advokasi Palestina internal dan ratusan anggotanya. Selama periode yang penuh gejolak sejak bulan Juli lalu, karyawan tersebut mengaku bahwa perusahaan gagal untuk segera dan memadai mengatasi pelecehan terhadap karyawan Palestina dan sekutunya di forum internal perusahaan, meskipun sudah ada banyak keluhan yang diajukan.
Mereka juga mengklaim bahwa Cisco menghentikan petisi internal yang meminta untuk membatasi penjualan ke Israel karena masalah hak asasi manusia yang berpotensi terjadi. Di sisi lain, seorang mantan karyawan yang dipecat mengatakan bahwa beberapa karyawan Yahudi di Cisco merasa perusahaan tidak cukup menghentikan pelecehan terhadap mereka oleh kelompok-kelompok Palestina. Orang ini mengkritik para eksekutif karena tidak melakukan lebih banyak untuk menghentikan diskusi perang oleh karyawan dari kedua pihak. "Hal-hal bisa dilakukan oleh pimpinan untuk mengurangi kekacauan di seluruh perusahaan," ujarnya. "Sangat disayangkan bahwa lebih banyak yang tidak dilakukan."
Isu ini mencerminkan tantangan yang lebih besar di dalam perusahaan-perusahaan teknologi saat mereka berusaha untuk menavigasi masalah sosial dan politik yang kompleks. Banyak karyawan berharap bahwa perusahaan dapat memberikan dukungan yang lebih baik kepada semua anggotanya dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan aman.