Jakarta, 29 Oktober 2024 – Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan evaluasi terbaru untuk indeks IDX30, yang merupakan indeks yang mengukur kinerja harga dari 30 saham dengan likuiditas tinggi dan nilai kapitalisasi terbesar di pasar. Indeks ini sangat penting karena mencerminkan performa saham-saham unggulan di Indonesia.
Dalam perubahan ini, dua perusahaan baru akan bergabung ke dalam indeks IDX30. PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) resmi menjadi konstituen baru. Sebaliknya, saham PT Bukalapak Tbk (BUKA) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) harus terdepak dari indeks ini.
"Periode efektif konstituen baru ini akan dimulai pada 1 November 2024 hingga 31 Januari 2025," ujar Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional Perdagangan BEI, Pande Made Kusuma, melalui keterbukaan informasi yang dirilis pada Senin (28/10/2024).
Saham MAPI dan MBMA akan memiliki bobot masing-masing sebesar 0,89 persen dan 1,06 persen terhadap indeks IDX30. Ini berarti bahwa kedua saham ini akan berkontribusi pada perhitungan indeks berdasarkan kinerja harga mereka di pasar.
MAPI, yang bergerak dalam bidang perdagangan ritel, memiliki nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp28 triliun. Sementara itu, MBMA, yang berfokus pada tambang nikel, memiliki nilai pasar yang lebih besar, yakni Rp57 triliun. Kedua perusahaan ini juga memiliki tingkat likuiditas yang tinggi, yang merupakan salah satu syarat untuk masuk dalam indeks IDX30.
Dilihat dari kinerja keuangan, MAPI mencatat laba bersih sebesar Rp899 miliar pada semester pertama tahun 2024, sedangkan MBMA mencatatkan laba bersih Rp334 miliar pada periode yang sama. Kinerja fundamental yang baik ini menjadi salah satu alasan mereka dapat masuk ke dalam indeks.
Selain penambahan dua saham baru, BEI juga melakukan perubahan bobot emiten di dalam indeks IDX30. Tiga saham dengan bobot terbesar tetap dipegang oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI). Masing-masing dari ketiga bank tersebut memiliki bobot sebesar 15 persen terhadap indeks.
Perubahan ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai kondisi pasar saham Indonesia dan membantu para investor dalam mengambil keputusan investasi.