Donald Trump, mantan Presiden Amerika Serikat, telah menarik perhatian banyak pemilih, terutama dari kalangan evangelik protestan kulit putih. Kelompok ini terdiri dari sekitar seperempat total pemilih di negara tersebut. Salah satu hal yang paling mencolok dari kebangkitan politik Trump adalah bagaimana ia berhasil merebut hati kelompok ini.
Namun, tidak banyak yang menyadari bahwa Trump juga telah mengubah wajah evangelikalisme itu sendiri. Ia mengangkat keyakinan dan tokoh-tokoh yang sebelumnya dianggap marginal atau aneh menjadi pusat perhatian. Dalam dunia MAGA (Make America Great Again), istilah dan citra dari kekristenan karismatik kini menjadi sangat umum. Pendukung Trump sering kali menggambarkan pemilihan umum sebagai pertempuran antara kebaikan dan kejahatan, bukan hanya sekadar konflik antara kiri dan kanan.
Ada beberapa alasan yang menjelaskan kedekatan antara Donald Trump dan gerakan religius ini. Satu hal yang menarik adalah bahwa kesesuaian dalam kebijakan bukanlah yang paling signifikan. Para pendukungnya merasa terhubung dengan cara berdoa dan berbicara yang sering dipakai oleh Trump, yang mereka anggap selaras dengan nilai-nilai agama mereka.
Perubahan ini tidak hanya mempengaruhi politik, tetapi juga bagaimana komunitas evangelik melihat diri mereka dan peran mereka dalam masyarakat. Dalam konteks ini, penting untuk melihat bagaimana hubungan ini berkembang dan apa dampaknya bagi masa depan politik Amerika Serikat.
Dengan segala transformasi yang terjadi, masa depan evangelikalisme di bawah pengaruh Trump masih menjadi topik yang menarik untuk dicermati.
Donald Trump evangelikalisme pemilih politik Amerika Serikat