Di pesisir Cilincing, Jakarta Utara, kegiatan mencari kerang hijau setiap hari menjadi bagian dari kehidupan para nelayan. Mereka berangkat pagi hari menggunakan perahu kecil dengan mesin yang mengaum keras, memecah keheningan dan mengawali perjuangan mereka di laut. Para nelayan ini, yang biasa disebut 'kijing', harus berjuang di tengah ombak dan tekanan udara yang tinggi.
Para nelayan ini menggunakan alat tradisional seperti rumpon bambu dan jaring sederhana untuk menunggu kerang hijau yang berada di kedalaman sekitar 5 sampai 10 meter di Teluk Jakarta. Mereka harus sangat berhati-hati saat melakukan pencarian, karena proses ini sangat berisiko.
Dengan menggunakan kompresor udara, mereka berusaha menaklukkan kedalaman laut. Menurut mereka, proses ini penuh tantangan dan memerlukan keberanian besar karena ada risiko dekompresi, yaitu penurunan tekanan udara yang bisa membahayakan nyawa.
"Tak tak tak tak..." suara mesin perahu yang terus mengaum menjadi penanda bahwa mereka sedang berjuang di laut. Setiap perjalanan dan pencarian kerang hijau memerlukan keberanian dan ketekunan, karena mereka harus melawan arus dan waktu yang terus berjalan.
Foto dan teks ini diambil oleh Fathul Habib Sholeh, seorang pewarta foto dari ANTARA, yang menggambarkan keberanian nelayan-nelayan ini dalam menjalani kehidupan di laut. Gambar dan kisah mereka menjadi cermin bahwa di balik laut yang tampaknya tenang, terdapat perjuangan penuh risiko dari para nelayan untuk mendapatkan hasil yang mereka butuhkan.
Perjuangan mereka bukan hanya soal mencari kerang hijau, tetapi juga tentang bertahan hidup dan menjaga tradisi yang sudah berlangsung lama. Mereka adalah pahlawan kecil yang berjuang di garis pantai Jakarta Utara, menjaga keseimbangan antara alam dan kehidupan mereka sehari-hari.
Nelayan Kerang Hijau Jakarta Utara Laut Tradisional Risiko Perjuangan