Israel dilaporkan sedang mencari jaminan tertulis dari Presiden AS, Donald Trump, agar dapat melanjutkan operasi militer di Gaza jika tuntutannya tidak dipenuhi. Permintaan ini muncul di tengah perundingan mengenai gencatan senjata selama 60 hari yang masih berlangsung.
Menurut laporan dari saluran televisi Israel, Channel 14, yang mengutip seorang anggota tingkat politik, proposal saat ini mencakup surat dari Trump yang akan memberikan lampu hijau bagi Israel untuk "melanjutkan serangan jika tuntutan kami mengenai pelucutan senjata Hamas dan pengasingan para pemimpinnya tidak dipenuhi". Israel akan memiliki hak untuk menafsirkan dan menilai kondisi tersebut.
Pada bulan Maret tahun ini, Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata dan melanjutkan operasi militer. Namun, banyak analis saat itu mencatat bahwa Tel Aviv tidak ingin perundingan dilanjutkan.
Perkembangan terbaru ini terjadi meskipun ada klaim optimisme publik dari pejabat Israel dan Trump. Pada hari Selasa, presiden AS mengatakan bahwa Israel telah menerima syarat yang diperlukan untuk gencatan senjata 60 hari dan bahwa selama jeda ini, kedua belah pihak akan "bekerja untuk mengakhiri perang".
Trump menyatakan, "Orang-orang Qatar dan Mesir, yang telah bekerja keras untuk membantu membawa perdamaian, akan menyampaikan proposal akhir ini." Namun, laporan media Israel menunjukkan bahwa pembicaraan tetap tegang. Tantangan serius masih ada di belakang layar, terutama mengenai apa yang akan terjadi setelah gencatan senjata.
Amit Yagur, seorang tentara cadangan Israel dan mantan kepala urusan Palestina di militer Israel, mengatakan kepada Channel 14 bahwa dorongan Trump untuk "Timur Tengah yang baru" semakin meningkatkan tekanan pada negara-negara di kawasan tersebut, terutama Qatar, tempat banyak pejabat senior Hamas berada.
Pada pertemuan kabinet pada Selasa malam, Perdana Menteri Netanyahu bersumpah bahwa setiap kesepakatan akan menjamin penghancuran perlawanan Palestina. Ia menyatakan, "Kita harus membunuh siapa pun yang memegang senjata."
Analisis militer Amos Harel menulis di harian Israel, Haaretz, bahwa Netanyahu mungkin sedang menciptakan kesan kompromi untuk Washington, sambil memberi sinyal kepada Hamas bahwa tuntutan intinya tetap tidak berubah.
Israel Trump Gaza operasi militer perdamaian