Breaking News
Anggota Parlemen Inggris Desak Pengakuan Negara Palestina     Program Sekolah Rakyat Resmi Dimulai di Tahun Ajaran Baru 2025-2026     PKK Serahkan Senjata untuk Perdamaian di Kurdistan     Aktivis Palestina Gugat Pemerintahan Trump Rp 300 Miliar     Dosen Asisten Kolumbia Mundur Setelah Tuduhan Pelecehan    

Pusaka Agung Ponorogo Diarak Menuju Makam

Pada Rabu tengah malam, 25 Juni 2025, Pusaka Agung Kabupaten Ponorogo diarak menuju Komplek Makam Bathoro Katong di kawasan Kota Lama. Sebelum dikirab, pusaka-pusaka tersebut disimpan di Ndalem Pringgitan dan kemudian dibawa untuk dijamas. Lima pusaka yang diboyong dalam prosesi ini adalah Payung Songsong Kiai Tunggul Wulung, Tombak Kiai Tunggul Nogo, Angkin Cinde Puspito, Kiai Pamong Angon Geni, dan Tombak Kiai Bromo Geni.

Pusaka-pusaka tersebut dikawal oleh ratusan bergadha dan diarak dengan berjalan kaki. Sepanjang rute yang dilalui, lampu-lampu dimatikan dan penerangan hanya berasal dari obor yang dibawa oleh bergadha. Meskipun berlangsung pada larut malam, ribuan warga tetap antusias menyambut kirab ini. Mereka memadati titik-titik jalur yang dilewati, menanti dengan khusyuk di tengah gelap malam dengan penerangan seadanya.

Setibanya di Kota Lama, lilin-lilin menerangi jalan menuju Makam. Pusaka Agung Ponorogo tersebut kemudian diserahkan kepada juru kunci untuk diinapkan sebelum dikirab dan dijamas pada keesokan harinya. Kang Bupati Ponorogo menjelaskan makna dari prosesi ini. Dia menekankan bahwa nilai utama dari acara ini bukan hanya pada benda pusaka itu sendiri, tetapi pada semangat dan nilai yang dilambangkannya.

"Pusaka yang paling ampuh di Ponorogo adalah bagaimana bahu membahu, saling memahami, saling mengerti, saling menyadari. Sehingga ada kata tiga kalimat yang biasa saya sampaikan: bergandeng erat, bergerak cepat, menuju Ponorogo hebat," tutur Kang Bupati.

Kang Bupati juga menjelaskan makna pusaka Kiai Pamong Angon Geni yang dibuat pada masa pemerintahannya. Menurutnya, pusaka ini mencerminkan nilai yang harus dijunjung tinggi oleh setiap pemimpin. "Artinya, pemimpin harus mampu menggembalakan api. Kalau api mampu digembalakan, maka akan memanasi, akan memberikan spirit, akan memberikan kehangatan kepada rakyat. Tapi, kalau salah mengelola api maka akan terjadi kebakaran," jelasnya.

library_books Prokopim Ponorogo