Seorang wanita asal Malaysia baru-baru ini menjadi sorotan publik setelah bosnya meminta dia untuk membagikan lokasi hidupnya saat sedang cuti. Hal ini terjadi karena perusahaan tempatnya bekerja menerapkan aturan baru yang mengharuskan karyawan untuk membuktikan bahwa mereka benar-benar sedang berlibur.
Aturan ini menyatakan bahwa jika karyawan tidak membagikan lokasi hidup mereka, maka mereka akan dianggap "tidak hadir" meskipun telah mengajukan cuti tahunan. Kebijakan ini langsung memicu gelombang komentar simpati dan kemarahan di media sosial.
Banyak orang menganggap tindakan perusahaan ini sebagai pelanggaran privasi dan tidak adil bagi karyawan yang ingin menikmati waktu libur mereka tanpa tekanan dari atasan. Sejumlah pengguna media sosial menyatakan bahwa perusahaan seharusnya mempercayai karyawan yang telah mengajukan cuti, bukan mengawasi mereka seperti anak kecil.
Peraturan baru ini menunjukkan bahwa banyak perusahaan masih berjuang untuk menemukan keseimbangan antara pengawasan dan kepercayaan. Di satu sisi, perusahaan ingin memastikan bahwa karyawan tidak menyalahgunakan waktu cuti mereka. Namun, di sisi lain, karyawan juga berhak atas privasi dan waktu istirahat yang layak.
Kasus ini telah menarik perhatian luas, dengan banyak orang mendukung wanita tersebut dan mengecam kebijakan perusahaan. "Kita tidak hidup di zaman penjajahan, setiap orang berhak untuk berlibur tanpa harus diawasi," tulis salah satu pengguna media sosial.
Perdebatan tentang kebijakan ini masih berlanjut, dan banyak yang berharap agar perusahaan dapat mempertimbangkan kembali aturan tersebut demi menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik dan lebih menghargai karyawan.
Malaysia karyawan cuti lokasi perusahaan