Seorang pria di Texas ditangkap dan diadili atas tuduhan pembunuhan setelah diduga memberikan obat aborsi ke dalam minuman pacarnya yang sedang hamil. Kasus ini menarik perhatian karena melibatkan isu serius tentang hak reproduksi dan hukum aborsi yang ketat di negara bagian tersebut.
Investigasi ini dimulai setelah seorang wanita melaporkan kepada polisi bahwa dia curiga mantannya telah "diam-diam menambahkan pil penggugur kandungan ke dalam minumannya tanpa sepengetahuannya" saat mereka bertemu di sebuah kedai kopi. Wanita tersebut menjalin hubungan dengan pria tersebut dan kemudian mengetahui bahwa dia hamil.
Pria itu menawarkan untuk membayar biaya aborsi dan menyarankan agar mereka memesan 'Plan C', sebuah obat aborsi, secara online. Namun, wanita itu menolak dan menyatakan keinginannya untuk menjaga bayi tersebut.
Ketika wanita itu berusia sekitar enam minggu hamil, dia menjalani pemeriksaan medis yang menunjukkan bahwa bayi dalam kandungannya sehat. Namun, setelah bertemu dengan pacarnya di kedai kopi pada hari yang sama, dia merasa curiga bahwa pacarnya telah menyelipkan pil ke dalam minumannya.
Setelah mengonsumsi minuman tersebut, wanita itu merasakan kelelahan yang sangat berat dan mengalami pendarahan yang banyak, sehingga dia harus pergi ke rumah sakit darurat. Sayangnya, dia mengalami keguguran dan kehilangan bayinya.
Selain tuduhan pembunuhan, pria itu juga dihadapkan pada tuduhan mengubah barang bukti. Polisi mengatakan bahwa dia telah menghapus bukti penting dari ponselnya yang berkaitan dengan kasus tersebut.
Di Texas, undang-undang aborsi tergolong paling ketat di Amerika Serikat. Semua aborsi dilarang kecuali dalam keadaan medis yang sangat mendesak. Kasus ini membangkitkan diskusi tentang hak perempuan dan hukum yang mengatur aborsi, serta konsekuensi yang dihadapi oleh mereka yang melanggar hukum ini.
Texas pembunuhan pacar hamil obat aborsi hukum aborsi