Jawa Timur mencatatkan skor Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) tertinggi di seluruh provinsi di Indonesia. Namun, di balik angka yang terlihat menjanjikan tersebut, terdapat krisis ekologis yang serius yang sedang terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa kemajuan yang terlihat hanyalah sebuah ilusi.
Saat ini, ketersediaan air bersih di Jawa Timur sangat memprihatinkan. Dari total 40 juta penduduk, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi 15,6 juta jiwa. Selain itu, hutan di provinsi ini juga mengalami penurunan yang signifikan, dengan 227 hektar hutan hilang, yang menyebabkan lepasnya 166 ribu ton CO₂ ke atmosfer.
Bencana iklim juga semakin sering terjadi di Jawa Timur. Tercatat ada 13 daerah yang mengalami banjir dan 27 daerah mengalami kekeringan ekstrem. Hal ini berdampak pada pertanian, di mana ribuan hektar sawah gagal panen akibat kondisi cuaca yang tidak menentu.
Tidak hanya itu, sungai dan udara di Jawa Timur juga tercemar akibat limbah dari industri. Aktivitas tambang ilegal semakin merusak lingkungan dan ruang hidup masyarakat. Proyek-proyek transisi energi yang seharusnya menjadi solusi, seperti co-firing, RDF, PLTSa, dan geothermal, justru dianggap sebagai solusi palsu yang membebani masyarakat dan alam.
Menanggapi situasi ini, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Timur mengeluarkan seruan mendesak agar pemerintah melakukan beberapa langkah penting. WALHI meminta agar:
- Melakukan revisi terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Krisis lingkungan di Jawa Timur adalah isu yang harus segera ditangani. Meskipun ada angka yang menunjukkan kualitas lingkungan hidup yang tinggi, kenyataannya banyak tantangan yang harus dihadapi. Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan sangat diperlukan agar generasi mendatang dapat menikmati lingkungan yang lebih baik.
Jawa Timur Indeks Kualitas Lingkungan Hidup krisis lingkungan WALHI