Jassim, seorang pria berusia 103 tahun, kembali ke desanya setelah mengalami sepuluh tahun pengasingan akibat perang di Suriah. Perang yang berkepanjangan ini telah merenggut anak-anak dan rumahnya, mengubah seluruh hidupnya.
Setelah bertahun-tahun tinggal di tempat yang tidak menentu, Jassim kini tinggal di sebuah tenda di desanya. Meskipun kondisinya yang sederhana, ia merasakan kedamaian yang telah lama hilang. "Saya merasa kembali ke rumah, meski hanya tidur di tenda," kata Jassim, menggambarkan perasaannya setelah kembali.
Kehidupan Jassim dan keluarganya mencerminkan banyak kisah serupa dari pengungsi lainnya yang kehilangan segalanya akibat konflik. Mereka membutuhkan tempat tinggal yang aman, perlindungan, dan dukungan untuk memulai kembali kehidupan mereka. UNHCR, Badan PBB untuk Pengungsi, berupaya memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh banyak keluarga seperti Jassim.
Namun, saat ini, pendanaan untuk membantu pengungsi semakin berkurang. Hal ini membuat situasi semakin sulit bagi mereka yang baru saja kembali ke rumah. Para pengungsi berharap akan adanya dukungan lebih dari masyarakat internasional agar mereka dapat hidup dengan lebih baik.
"Waktu untuk bertindak adalah sekarang," seru para aktivis kemanusiaan. Mereka mengajak semua orang untuk peduli dan membantu meringankan beban para pengungsi yang membutuhkan. Kembalinya Jassim ke desanya adalah simbol harapan, tapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk membangun kembali kehidupan yang hilang akibat perang.
Jassim Suriah pengungsi UNHCR perdamaian