Pada hari Jumat, lebih dari 20 warga Palestina terluka akibat tembakan pasukan Israel saat mereka berusaha mendapatkan bantuan di sebuah titik distribusi makanan yang dikelola oleh AS di Gaza tengah. Insiden ini terjadi di tengah krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di wilayah yang terjebak dalam kepungan tersebut.
Menurut laporan dari agen berita Palestina, Wafa, situasi di lokasi sangat "kacau dan tidak terkoordinasi", tanpa adanya mekanisme kemanusiaan yang efektif. Warga sipil di Gaza sangat membutuhkan pasokan makanan, karena tidak ada kebutuhan dasar atau bantuan kemanusiaan yang masuk ke daerah tersebut sejak kepungan Israel dimulai pada 2 Maret.
Bantuan terbatas yang didistribusikan pada minggu ini berasal dari Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah organisasi yang terlibat dalam skandal dan merupakan inisiatif AS-Israel yang dirancang untuk menghindari infrastruktur PBB dalam pengiriman dan distribusi bantuan di Gaza.
Dengan meningkatnya serangan Israel di hari ke-602 perang, perintah pengungsian lebih lanjut telah dikeluarkan. Avichay Adraee, juru bicara militer Israel yang berbahasa Arab, menyerukan kepada warga Palestina yang tinggal di daerah Al-Atatra, Jabalia Al-Balad, Shujaiya, Al-Daraj, dan Al-Zeitoun, yang terletak di utara Jalur Gaza, untuk melarikan diri ke arah barat.
"Mulai saat ini, daerah yang disebutkan akan dianggap sebagai zona pertempuran yang berbahaya," tulisnya dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa militer akan memperluas operasinya di wilayah tersebut.
Setidaknya 28 warga Palestina dilaporkan tewas di seluruh Jalur Gaza pada pagi hari Jumat, menyusul serangan terbaru yang dilancarkan oleh Israel. Jumlah korban diperkirakan akan meningkat seiring dengan intensifikasi operasi militer.
Sementara itu, pembicaraan gencatan senjata terhenti setelah Amerika Serikat mengajukan proposal baru yang dilaporkan tidak memberikan jaminan untuk mengakhiri perang dan memastikan penarikan pasukan Israel.
Israel Palestina Gaza bantuan kemanusiaan