Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, baru-baru ini mengeluarkan pernyataan yang sangat keras mengenai tindakan Israel di Gaza. Ia menyebutkan bahwa apa yang dilakukan Israel adalah "salah secara moral dan tidak dapat dibenarkan". Menurutnya, tindakan tersebut sangat "tidak dapat diterima" dan merupakan "penghinaan terhadap nilai-nilai rakyat Inggris".
Sebagai respons terhadap situasi di Gaza, Lammy mengumumkan penangguhan negosiasi mengenai perjanjian perdagangan bebas yang baru dan berjanji untuk meninjau kembali kerjasama antara Inggris dan Israel berdasarkan peta jalan bilateral 2030. Namun, meski pemerintah Inggris mengambil langkah-langkah ini, mereka belum mengakhiri kerjasama militer dengan Israel dan menghentikan semua penjualan senjata.
Dalam pernyataannya di parlemen, Lammy menegaskan bahwa "senjata tidak akan dikirim ke Israel yang dapat digunakan di Gaza". Namun, informasi ini ternyata tidak akurat. Pada tahun lalu, pemerintah Inggris memang menangguhkan sejumlah kecil lisensi ekspor senjata - sekitar 10 persen - setelah menilai bahwa Israel tidak berkomitmen untuk mematuhi hukum kemanusiaan internasional. Meskipun begitu, Inggris tetap mengizinkan partisipasi dalam program jet tempur F-35.
Data terbaru dari Israel dan Inggris juga menunjukkan adanya kekhawatiran tentang skala dan penggunaan akhir dari senjata yang disuplai oleh Inggris. Hal ini menambah ketegangan dalam hubungan antara kedua negara dan mengangkat pertanyaan tentang tanggung jawab moral dalam penjualan senjata.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa meskipun ada desakan untuk menghentikan kerjasama militer, masih ada langkah-langkah yang perlu diambil untuk memastikan bahwa senjata tidak digunakan untuk melanggar hak asasi manusia di wilayah konflik. Keputusan pemerintah Inggris dalam beberapa bulan ke depan akan sangat penting dalam menentukan arah hubungan mereka dengan Israel dan dampaknya terhadap situasi di Gaza.
Israel Gaza David Lammy Inggris perdagangan