Di tengah maraknya penggunaan aplikasi kencan, banyak pengguna mulai merasa jenuh. Menurut beberapa penelitian, berkomunikasi melalui aplikasi kencan seperti Tinder, Hinge, dan Bumble terasa seperti tugas yang membosankan. Hal ini disebabkan banyaknya percakapan yang tidak berujung pada hubungan nyata dan kesenangan dalam menggulirkan layar (swiping) yang sudah mulai memudar.
Selama beberapa tahun terakhir, berbagai pihak telah mencoba mengidentifikasi masalah mendasar pada aplikasi kencan. Banyak yang berpendapat bahwa insentif keuntungan telah merusak pengalaman pengguna. Misalnya, pengguna harus membayar untuk mendapatkan akses kepada calon pasangan yang diinginkan, dan jumlah "likes" atau kecocokan sering kali dibatasi.
Namun, aplikasi kencan yang paling populer justru berpendapat bahwa solusi tidak hanya terletak pada perbaikan antarmuka pengguna (UX), algoritma, atau penghapusan batasan. Mereka menyadari bahwa masalah utama mungkin terletak pada kurangnya keterampilan komunikasi di antara pengguna.
Beberapa aplikasi, termasuk Tinder, Hinge, Bumble, dan Grindr, mulai memperkenalkan fitur baru yang dirancang untuk membantu orang berinteraksi dengan calon pasangan romantis dan bercanda dengan lebih baik. Langkah ini menunjukkan bahwa industri aplikasi kencan sedang berusaha memahami kurangnya pengalaman kencan di kalangan pengguna muda.
Hillary Paine, Wakil Presiden Pertumbuhan Produk dan Pendapatan di Tinder, mengatakan, "Kami tidak bisa menyelesaikan fakta bahwa interaksi manusia bisa menjadi stres atau orang mungkin merasa cemas tentang hal itu. Namun, kami dapat membantu membuatnya lebih menyenangkan dan membantu Anda mempersiapkan diri."
Dengan adanya fitur baru ini, diharapkan pengguna bisa lebih nyaman dalam berinteraksi dan menjalin hubungan. Aplikasi-aplikasi ini ingin memastikan bahwa pengalaman berkencan tidak hanya tentang mencari pasangan, tetapi juga tentang belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik.
aplikasi kencan Tinder Hinge fitur baru interaksi