Aktivitas pabrik di Korea Selatan mengalami penurunan yang sangat signifikan pada bulan April 2025. Penurunan ini merupakan yang paling tajam dalam 31 bulan terakhir atau selama 2,5 tahun. Hal ini tentunya menjadi perhatian banyak pihak karena menunjukkan adanya perubahan besar dalam sektor manufaktur negara tersebut.
Menurut laporan dari Channel News Asia yang diterbitkan pada hari Jumat, 2 Mei 2025, penurunan ini dipicu oleh melemahnya permintaan, terutama akibat dampak dari tarif impor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat. Tarif impor ini mempengaruhi kemampuan pabrik untuk berproduksi dan memenuhi kebutuhan pasar.
Salah satu indikator penting yang digunakan untuk mengukur aktivitas sektor manufaktur adalah Indeks Manajer Pembelian (PMI). PMI versi survei S&P Global untuk sektor manufaktur Korea Selatan tercatat turun menjadi 47,5 pada bulan April, dari sebelumnya 49,1 di bulan Maret. Angka PMI di bawah 50 menandakan adanya kontraksi atau penurunan dalam aktivitas manufaktur.
Penurunan ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur Korea Selatan berada dalam zona negatif selama tiga bulan berturut-turut. Ini adalah posisi terendah yang pernah tercatat sejak bulan September 2022. Dengan kata lain, banyak pabrik yang mengalami kesulitan dalam memenuhi permintaan dan harus mengurangi produksi mereka.
Melihat kondisi ini, banyak pihak berharap akan ada langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi masalah ini. Pemerintah dan pengusaha diharapkan dapat bekerja sama untuk meningkatkan permintaan di dalam negeri serta mencari solusi terhadap dampak dari tarif impor tersebut.
Kondisi ini menjadi penting untuk diperhatikan, karena sektor manufaktur merupakan salah satu tulang punggung ekonomi Korea Selatan. Jika tidak segera ditangani, penurunan ini dapat berdampak lebih luas pada perekonomian negara.
Korea Selatan pabrik penurunan aktivitas PMI