Korea Utara diketahui telah melakukan operasi rahasia dengan mengirimkan pekerja IT muda ke perusahaan-perusahaan di negara Barat. Dalam beberapa tahun terakhir, mereka menggunakan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) untuk memperkuat strategi mereka.
Selama lebih dari sepuluh tahun, layanan intelijen Korea Utara melatih para pekerja IT ini dan mengirim mereka ke luar negeri, biasanya ke negara seperti China atau Rusia. Dari tempat-tempat tersebut, mereka mencari lowongan pekerjaan di seluruh dunia, khususnya di bidang rekayasa perangkat lunak, dan lebih memilih posisi yang dapat dilakukan secara jarak jauh.
Posisi yang dicari umumnya menawarkan gaji yang baik, akses yang luas ke data dan sistem, serta tanggung jawab yang sedikit. Seiring waktu, mereka mulai melamar pekerjaan ini dengan menggunakan identitas yang dicuri atau palsu. Mereka juga meminta bantuan dari anggota tim kriminal mereka untuk memberikan referensi fiktif.
Saat ini, beberapa dari mereka bahkan telah mulai menggunakan teknologi AI untuk membantu mereka melewati tes pemrograman, wawancara video, dan pemeriksaan latar belakang. Hal ini menunjukkan betapa canggihnya strategi yang digunakan oleh Korea Utara.
Tentu saja, semua ini tidak mungkin dilakukan tanpa dukungan dari "teman-teman" di Amerika dan Eropa yang membantu mereka di lapangan.
Operasi ini tidak hanya berbahaya, tetapi juga menjadi sumber pendanaan bagi pemerintah Korea Utara. Dengan cara ini, mereka dapat terus melakukan aktivitas yang merugikan negara lain.
Dengan metode yang semakin canggih ini, Korea Utara menunjukkan bahwa mereka tidak hanya mengandalkan cara-cara lama, tetapi juga beradaptasi dengan kemajuan teknologi untuk mencapai tujuan mereka.
Korea Utara pekerja IT perusahaan Barat cybercrime AI