Pada hari ini, sejumlah warga yang terlibat dalam aksi protes menuntut pencabutan izin tambang nikel PT. STS mengalami luka-luka. Aksi yang berlangsung di daerah tersebut berlangsung dengan tegang dan berujung pada penggunaan gas air mata oleh aparat keamanan.
Mulyadi Palangi, salah satu peserta aksi, mengungkapkan bahwa ia terkena tiga tembakan gas air mata di bahu dan lengan atas. "Saya tidak menyangka akan mengalami hal seperti ini," ujarnya. Selain Mulyadi, dua orang lainnya juga dilaporkan terluka. Riski Boway terkena tembakan di kaki, sementara Sulandra Asri mengalami luka di jemari tangan.
Tindakan aparat ini tidak hanya mengakibatkan luka fisik, tetapi juga meninggalkan dampak psikologis yang mendalam. Banyak ibu-ibu dan anak-anak yang ikut dalam aksi merasa trauma, mengingat mereka sebelumnya tidak pernah mengalami situasi kekerasan seperti ini. Beberapa dari mereka terlihat ketakutan dan bingung pasca kejadian.
Protes ini adalah bagian dari gerakan lebih besar yang menuntut agar tambang nikel yang dianggap merusak lingkungan ditutup. Para demonstran menilai bahwa tambang tersebut tidak hanya merusak alam, tetapi juga berdampak negatif pada kehidupan masyarakat sekitar. Mereka menegaskan bahwa pangan harus menjadi prioritas, bukan tambang yang merusak.
Dengan adanya insiden ini, diharapkan pihak berwenang dapat lebih memperhatikan keamanan dan keselamatan warga dalam setiap aksi protes. Selain itu, penting bagi semua pihak untuk mendengarkan aspirasi masyarakat agar konflik seperti ini tidak terulang.
Situasi di lapangan masih dalam pantauan, dan para demonstran bertekad untuk terus menyuarakan penolakan terhadap tambang nikel PT. STS. Mereka berharap suaranya didengar dan tindakan yang tepat dapat diambil demi kebaikan lingkungan dan masyarakat.
protes tambang nikel gas air mata luka-luka trauma