Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah mengumumkan gencatan senjata di Ukraina yang akan berlangsung dari tanggal 8 hingga 10 Mei. Menurut pernyataan resmi dari Kremlin, gencatan senjata ini akan mulai berlaku pada tengah malam antara tanggal 7 dan 8 Mei hingga tengah malam antara tanggal 10 dan 11 Mei.
Putin memerintahkan penghentian semua pertempuran untuk memperingati Hari Kemenangan yang jatuh pada tanggal 9 Mei. Hari ini adalah hari penting bagi Rusia, karena mereka mengenang kemenangan atas Nazi Jerman pada tahun 1945. Namun, Kremlin juga menekankan bahwa jika pihak Ukraina melanggar gencatan senjata, angkatan bersenjata Rusia akan memberikan respon yang sesuai dan efektif.
Ukraina, melalui Menteri Luar Negeri Andrij Sybiha, telah mengkritik pengumuman gencatan senjata selama tiga hari ini. Sybiha menyatakan bahwa jika Rusia benar-benar menginginkan perdamaian, mereka harus segera menghentikan tembakan. Ia menambahkan bahwa Ukraina siap untuk gencatan senjata yang "permanen, dapat diandalkan, dan lengkap" selama minimal 30 hari penuh. Sybiha juga mempertanyakan mengapa harus menunggu hingga 8 Mei untuk memulai gencatan senjata tersebut.
Sebagai informasi, sebelumnya Putin juga pernah mengumumkan gencatan senjata selama 30 jam pada saat perayaan Paskah. Meskipun selama periode tersebut terjadi penurunan pertempuran, kedua belah pihak saling menuduh telah melanggar kesepakatan gencatan senjata.
Pengumuman gencatan senjata ini muncul setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, meminta pihak Rusia untuk menghentikan tembakan dan menyerukan Putin untuk menandatangani kesepakatan yang dapat mengakhiri perang di Ukraina. Saat ini, Amerika Serikat sedang berusaha untuk memfasilitasi tercapainya gencatan senjata yang permanen antara Moskow dan Kiev, namun Kremlin belum menunjukkan kesediaan untuk membuat konsesi.
Perkembangan ini menunjukkan ketegangan yang masih ada antara Rusia dan Ukraina, serta tantangan besar yang dihadapi dalam upaya mencapai perdamaian.
Putin Ukraina gencatan senjata perang Rusia