Organisasi PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, baru-baru ini mengungkapkan bahwa sekitar 70% dari sekolah-sekolah di Gaza telah menjadi sasaran langsung serangan militer Israel. Ini adalah situasi yang sangat mengkhawatirkan, mengingat banyak dari sekolah tersebut yang kini membutuhkan rehabilitasi atau bahkan rekonstruksi yang signifikan.
Saat ini, hampir 90% dari sekolah di Gaza tidak dapat digunakan dengan baik dan memerlukan perbaikan yang mendalam. Hal ini berdampak besar terhadap pendidikan anak-anak di wilayah yang sudah tertekan ini.
Pada saat yang sama, Organisasi Sejarawan Amerika (OAH) mengeluarkan sebuah resolusi yang mengecam tindakan Israel yang mereka sebut sebagai "scholasticide" di Gaza. Resolusi ini disampaikan oleh kelompok Historians for Peace and Democracy, yang berpendapat bahwa serangan Israel terhadap pendidikan di Gaza telah membuat praktik sejarah menjadi mustahil dan menghapus keberadaan para praktisinya.
Sejak bulan Oktober, Kementerian Pendidikan Gaza melaporkan bahwa 400 guru dan tenaga pendidikan lainnya telah kehilangan nyawa mereka. Selain itu, lebih dari 10.000 siswa juga dilaporkan menjadi korban. Ini menunjukkan betapa parahnya dampak dari konflik ini terhadap generasi muda di Gaza.
Dalam konteks ini, semua 12 universitas di Gaza telah dibombardir dan sebagian besar telah hancur. Ratusan sekolah dasar dan menengah juga mengalami nasib yang sama, membuat anak-anak kehilangan tempat untuk belajar dan berkembang.
Situasi ini menimbulkan keprihatinan besar di kalangan komunitas internasional. Pendidikan adalah hak dasar yang seharusnya dijamin bagi setiap anak, dan keadaan di Gaza saat ini menunjukkan tantangan yang sangat besar untuk menjamin hak tersebut.
Krisis pendidikan di Gaza bukan hanya masalah lokal, tetapi juga menyentuh isu-isu global mengenai hak asasi manusia dan pendidikan. Masyarakat dunia diharapkan dapat memberikan perhatian lebih terhadap situasi ini dan mendorong upaya-upaya untuk memulihkan pendidikan di Gaza.
UNRWA Gaza Israel sekolah serangan