Di tengah malam yang kelam, sebuah tragedi menimpa sebuah keluarga di Khan Younis, Gaza. Seorang wanita berduka, duduk di antara suami dan anak bayinya yang telah tiada, menangis atas kehilangan yang tidak terbayangkan. "Semoga Allah memudahkanmu. Semoga Allah baik kepadamu, ayah dari anak-anakku... jiwa hatiku," ujarnya sambil mengingat suaminya, Mohammed al-Tahrawi.
Di samping suaminya, terbaring bayi mereka, Malek, yang baru berusia satu tahun dan empat bulan. Keduanya, Mohammed dan Malek, menjadi korban serangan misil yang diluncurkan oleh Israel di Khan Younis pada malam itu.
Malek, yang lahir tak lama setelah Israel memulai perang di Gaza, tidak pernah merasakan kebahagiaan menjadi seorang anak. "Apa yang Malek lihat selama hidupnya? Satu tahun dan empat bulan. Dalam perang ini, dia tidak pernah merasakan satu hari pun yang ceria. Dia tidak bisa bermain seperti anak-anak lainnya," kata bibinya, Hiyam al-Tahrawi, dengan air mata yang mengalir.
Hiyam juga berbicara tentang kehilangan yang dialaminya selama perang ini. Dia kehilangan 40 anggota keluarganya yang tinggal di sebuah gedung enam lantai yang hancur total. Hingga kini, tubuh mereka masih terjebak di bawah puing-puing.
Dengan mata yang penuh air mata, Fatima al-Tahrawi, nenek Malek, juga berbagi kesedihannya. Dia menceritakan bagaimana tiga generasi keluarganya hilang dalam serangan malam itu: suaminya, anaknya, dan cucunya. "Di mana orang-orang Arab dan Muslim yang melihat anak-anak ini hancur?... Ini adalah seorang anak yang terbaring tidur di samping ayahnya, dan sekarang, Insya Allah, dia akan dikuburkan dalam pelukan ayahnya... Semoga Allah merahmati mereka," tambahnya.
Serangan tersebut juga melukai istri Mohammed dan dua anak lainnya. Kejadian ini menunjukkan betapa mengerikannya dampak perang terhadap keluarga-keluarga di Gaza, di mana banyak nyawa yang hilang dan masa depan yang hancur.
Khan Younis Gaza serangan keluarga tragedi