Seorang pria berusia 74 tahun bernama Jerome Dewald baru-baru ini mencoba untuk menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam sebuah sidang pengadilan. Dewald mengajukan video yang menampilkan avatar AI bernama "Jim" untuk berargumen dalam kasusnya. Ia mengklaim bahwa ia tidak bisa berbicara lama, sehingga memutuskan untuk menggunakan avatar sebagai pengganti. Namun, ia tidak menginformasikan kepada pengadilan bahwa "Jim" bukanlah orang nyata.
Pengadilan mengharapkan Dewald untuk berbicara langsung di depan kamera, bukan melalui perwakilan digital. Hakim yang memimpin sidang dengan tegas menolak penggunaan avatar tersebut, menyebutnya sebagai aksi yang tidak serius. Hakim juga memperingatkan tentang bahaya penggunaan teknologi deepfake dalam konteks hukum, di mana keaslian dan kejujuran adalah sangat penting.
Setelah sidang, Dewald menjelaskan bahwa ia ingin menunjukkan bagaimana AI bisa membantu orang-orang yang memiliki keterbatasan berbicara di pengadilan. Namun, karena ia tidak memberi tahu pengadilan atau pihak lawan tentang niatnya ini, argumennya dianggap tidak valid dan ditolak.
Kasus ini menyoroti pentingnya pemahaman dan etika dalam penggunaan teknologi AI di dunia hukum. Meskipun teknologi memiliki potensi untuk membantu banyak orang, penggunaannya harus dilakukan dengan cara yang transparan dan sesuai dengan aturan yang ada. Kejadian ini menjadi pelajaran bagi banyak orang tentang bagaimana teknologi harus digunakan dengan bijaksana, terutama di lingkungan yang formal seperti pengadilan.
AI pengadilan avatar Jerome Dewald teknologi