Philip Roth, seorang penulis terkenal, telah menciptakan sebuah karya yang dikenal sebagai Trilogi Amerika. Karya ini bukan sekadar catatan sejarah, tetapi juga merupakan sebuah drama tragedi yang terinspirasi dari tragedi-tragedi kuno.
Dalam ketiga novel ini, Roth menggambarkan perjuangan seorang pria yang tidak hanya terjatuh karena keburukan, tetapi karena kebohongan yang disebut mimpi Amerika. Mimpi ini, yang seharusnya menjadi peta menuju kesuksesan, justru menjerumuskan mereka ke dalam kekecewaan. Tokoh-tokoh seperti Seymour Levov, Ira Ringold, dan Coleman Silk menjadi contoh bagaimana keyakinan mereka yang tulus justru merusak hidup mereka sendiri.
Seymour Levov memiliki keyakinan yang dalam terhadap kebaikan, Ira Ringold percaya pada keadilan, sementara Coleman Silk berusaha keras untuk mengubah identitasnya. Ironisnya, semua pencarian dan keyakinan tersebut malah membawa mereka pada kehampaan dan kehancuran.
Roth mengubah elemen-elemen mitologi menjadi realitas modern. Jika Aeschylus memiliki dewa-dewa, Roth menghadirkan sejarah. Di mana Sophocles menampilkan orakel, Roth memperlihatkan birokrasi dan realitas pahit kehidupan sehari-hari. Ironi meliputi setiap halaman karyanya.
Dengan gaya penulisan yang penuh emosi, Roth tidak memberikan solusi atau penghiburan. Dia menampilkan ketidakpuasan yang mendalam, di mana para tokoh tidak mengalami pembersihan atau penebusan, tetapi justru terhapus dari kisah mereka sendiri. Coleman tidak terbebas dari dosa, tetapi lenyap. Ira tidak tenggelam dalam rasa bersalah, melainkan terjebak dalam ilusi dirinya sendiri. Seymour menyaksikan peperangan putrinya melawan dunia yang ia ciptakan dari dekat.
Karya-karya ini merupakan tragedi dari individu yang terpisah, terperangkap dalam mimpi Amerika yang tidak terwujud, dihukum bukan oleh dewa, tetapi oleh gema sejarah dan argumen yang belum selesai.
Namun, di balik semua tragedi ini, ada secercah harapan. Meskipun Roth tidak memberikan jawaban pasti, dia mengajak kita untuk merenungkan makna kehidupan dan tragedi yang kita hadapi. Jika tragedi adalah seni yang mempertanyakan hal-hal yang tidak terjawab, Roth adalah seorang penulis yang mengajak kita untuk berpikir lebih dalam.
Akan tetapi, apakah karya-karya ini akan bertahan seiring waktu? Mungkin tidak. Politik identitas dan nasionalisme mungkin akan hilang seperti debu di abad lalu. Tetapi selama karya-karya ini masih relevan, Philip Roth tetap penting untuk dibaca. Bacalah karyanya, bukan untuk sepakat, tetapi untuk merenungkan makna yang lebih dalam.
Philip Roth trilogi Amerika tragedi modern mimpi Amerika sastra