Breaking News
Putin Umumkan Gencatan Senjata Sementara di Ukraina     Netanyahu Tegaskan Israel Akan Kendalikan Gaza     Wali Kota New York Luncurkan Investigasi Serangan Fisik Terhadap Protes     Krisis Kemanusiaan di Gaza: Dampak Serangan Israel     NASA Tangkap Gambar Debu Raksasa di Mars    

Laporan Amnesty: Kekerasan Seksual Meluas di Sudan

Laporan terbaru dari Amnesty International mengungkapkan bahwa pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) di Sudan telah melakukan kekerasan seksual yang meluas terhadap wanita dan gadis selama perang sipil yang sedang berlangsung. Kekerasan tersebut mencakup pemerkosaan, pemerkosaan massal, dan perbudakan seksual.

Laporan ini dirilis minggu ini dan didasarkan pada wawancara dengan para penyintas dan keluarga mereka di kamp pengungsi Uganda. Amnesty International mencatat bahwa tindakan ini merupakan kejahatan perang dan kemungkinan merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Dalam laporan tersebut, tercatat 36 wanita dan gadis yang menjadi korban, dengan beberapa di antaranya berusia seawal 15 tahun, dalam periode antara April 2023 hingga Oktober 2024. Semua penyintas melaporkan bahwa serangan tersebut menyebabkan kerugian fisik dan mental yang berat. Mereka semua mengidentifikasi pejuang RSF sebagai pelaku kekerasan seksual.

Perang antara RSF dan tentara Sudan dimulai pada April 2023 dan telah mengakibatkan lebih dari 10 juta orang mengungsi, serta lebih dari 12 juta orang menghadapi tingkat ketidakamanan pangan yang tinggi.

Deprose Muchena dari Amnesty menyatakan, "Serangan RSF terhadap warga sipil sangat memalukan dan pengecut. Negara-negara yang mendukung RSF, termasuk yang menyuplai senjata, juga turut berbagi rasa malu ini."

Uni Emirat Arab (UEA) diketahui sebagai pendukung terbesar RSF, dengan bukti yang menunjukkan bahwa mereka terus menyuplai senjata kepada kelompok paramiliter tersebut meskipun mereka melakukan kekejaman.

Pada hari Kamis, pemerintah Sudan menyampaikan argumen lisan di Pengadilan Internasional, menuduh UEA terlibat dalam genosida terhadap komunitas Masalit, sebuah kelompok Afrika Hitam di Darfur. Namun, UEA membantah tuduhan dukungan militer kepada RSF.

Laporan Amnesty juga menunjukkan bahwa tenaga medis perempuan menjadi korban kekerasan seksual yang mengerikan, terutama jika mereka tidak bisa menyelamatkan tentara yang terluka.

Dalam salah satu kasus, seorang perawat menceritakan bagaimana ia diculik oleh 13 tentara di Khartoum utara dan dipaksa untuk merawat pria yang terluka parah. Setelah itu, tentara tersebut memperkosanya secara massal dan meninggalkannya dalam keadaan tidak sadar.

Laporan tersebut juga mencatat dua kasus perbudakan seksual di ibu kota Sudan. Mereka yang melawan pemerkosaan berisiko disiksa dan bahkan dibunuh. Dalam satu kasus, seorang bocah lelaki berusia 11 tahun dipukuli hingga mati karena mencoba membantu ibunya.

Kekerasan yang terjadi di Sudan ini menunjukkan betapa parahnya situasi kemanusiaan di negara tersebut. Banyak yang berharap agar dunia internasional dapat segera mengambil tindakan untuk menghentikan kekejaman ini.

library_books Middleeasteye