Sebuah akun media sosial telah memicu kemarahan dan tuduhan mencoba membungkam suara kemanusiaan setelah secara terbuka menyerukan Jaksa Agung AS untuk menyelidiki pendidik anak-anak dan kepribadian YouTube, Ms Rachel. Tuduhan tersebut muncul karena Ms Rachel dianggap mempromosikan "propaganda anti-Israel".
Dalam sebuah cuitan yang diposting awal pekan ini, StopAntisemitism, sebuah organisasi pengawas yang mengklaim diri, menyatakan bahwa Ms Rachel telah menjadi "pengeras propaganda Hamas" sejak 7 Oktober 2023. Mereka mengklaim bahwa dia membagikan konten kepada lebih dari 20 juta pengikutnya, termasuk foto seorang anak yang diduga kelaparan dari Gaza, serta statistik yang disebutnya tidak benar terkait jumlah korban anak Palestina.
"Apakah ada yang membiayai Ms Rachel?" tanya cuitan tersebut, sebelum meminta para pengikut untuk mengajukan keluhan sesuai Undang-Undang Pendaftaran Agen Asing kepada Kementerian Kehakiman.
Cuitan ini memicu kecaman luas di media sosial, di mana banyak orang menuduh kelompok tersebut mencemarkan nama baik seorang pendidik yang sangat dicintai, yang dikenal terutama karena konten anak-anaknya di YouTube dan TikTok.
Pengguna media sosial juga menuduh kelompok ini telah menggunakan istilah antisemitisme untuk membungkam kritik yang sah terhadap perang Israel di Jalur Gaza. Mereka memperingatkan bahwa kampanye ini merupakan upaya untuk mengintimidasi dan menekan suara-suara yang menyerukan bantuan kemanusiaan di Gaza.
Situasi ini menunjukkan bagaimana media sosial dapat menjadi arena perdebatan yang panas, di mana isu-isu sensitif sering kali memicu reaksi yang kuat dari berbagai pihak. Banyak yang berharap agar diskusi tentang isu-isu kemanusiaan dapat dilakukan dengan lebih terbuka dan tanpa intimidasi.
Ms Rachel StopAntisemitism Gaza propaganda media sosial