Ilmuwan dari Colossal Biosciences baru-baru ini mengklaim bahwa mereka telah berhasil menghidupkan kembali serigala dire yang sudah punah. Namun, pernyataan ini menuai banyak pertanyaan. Apakah mereka benar-benar berhasil?
Saat ini, menggunakan sel serigala dire secara langsung untuk membuat hewan baru tidaklah mungkin, karena material tersebut tidak ada lagi. Sebagai gantinya, Colossal menggunakan DNA kuno dan genomik komparatif, dengan metode yang mirip dengan proyek mouse berbulu mereka. Mereka menemukan bahwa serigala abu-abu berbagi 99,5 persen DNA dengan serigala dire, menjadikannya kerabat terdekat yang masih hidup dari hewan yang telah punah itu.
Dengan informasi ini, Colossal kemudian menerapkan metode pengeditan gen yang disebut CRISPR untuk mengedit genom serigala abu-abu agar lebih mirip dengan serigala dire. Untuk mencapai ini, mereka melakukan 20 pengeditan strategis pada 14 gen, di mana 15 di antaranya menciptakan varian gen yang sudah punah.
Nukleus sel yang dihasilkan kemudian diambil dan dipindahkan ke sel telur donor, menciptakan embrio yang ditransplantasikan ke dalam hewan pengganti. Setelah proses ini, diharapkan akan muncul anak serigala dire.
Namun, apakah serigala dire yang dihasilkan oleh Colossal ini benar-benar bisa disebut sebagai serigala dire? Hal ini tergantung pada seberapa ketat seseorang mendefinisikan spesies. Secara teknis, Colossal tidak memiliki material yang dapat digunakan langsung dari serigala dire.
Reaksi masyarakat di internet pun sangat beragam. Banyak yang merasa skeptis tentang klaim ini dan mempertanyakan keaslian dari serigala yang dihasilkan. Apakah ini benar-benar upaya untuk menghidupkan kembali spesies yang telah punah, atau hanya sekadar eksperimen ilmiah? Hal ini masih menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan dan masyarakat umum.
Colossal Biosciences serigala dire teknologi genetik DNA CRISPR