Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tiba di Washington pada hari Minggu setelah melakukan perjalanan memutar sejauh 400 kilometer. Hal ini dilakukan untuk menghindari wilayah udara negara-negara yang mungkin menerapkan surat perintah penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Para pejabat Israel merasa khawatir bahwa jika pesawat Netanyahu terpaksa melakukan pendaratan darurat, negara-negara seperti Irlandia, Islandia, dan Belanda dapat bergerak untuk menangkapnya. Surat perintah ICC ini terkait dengan perang Israel di Gaza dan tuduhan kejahatan perang.
Sementara itu, Perdana Menteri Belgia, Bart De Wever, menegaskan bahwa jika pemimpin Israel, Benjamin Netanyahu, menginjakkan kaki di Belgia, dia tidak akan ditangkap. Dalam pernyataannya kepada televisi VRT pada hari Kamis, De Wever menolak ide tersebut, mengatakan bahwa pertimbangan praktis lebih penting daripada etika dalam diplomasi internasional.
"Ada yang namanya realpolitik. Dalam kerangka itu, pertimbangan praktis lebih diutamakan daripada yang etis," ujarnya. "Saya rasa tidak ada satu pun negara Eropa yang akan menangkap Tuan Netanyahu jika dia pergi ke sana. Misalnya, Prancis tidak akan menangkapnya—dan saya juga tidak berpikir kami akan melakukannya."
Pernyataan De Wever muncul ketika Hongaria, menjelang kunjungan resmi Netanyahu, mengumumkan bahwa mereka telah memulai proses untuk menarik diri dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Hal ini semakin menimbulkan pertanyaan tentang sikap Eropa terhadap kejahatan perang dan akuntabilitas.
Netanyahu ICC Belgia hukum internasional perang Gaza