Rencana Israel untuk mengeluarkan warga Palestina dari Gaza, yang disebut sebagai "pemindahan sukarela", ternyata bukan ide baru. Rencana ini telah ada sejak lama, bahkan sejak awal berdirinya negara Israel. Dari akhir tahun 1960-an, para pemimpin politik dan militer Israel telah mengungkapkan ide serupa, yaitu mengeluarkan warga Palestina dari tanah Palestina sebagai tujuan utama.
Pada tahun 1967, setelah Israel mulai menduduki lebih banyak wilayah Palestina, terdapat sekitar 400.000 warga Palestina yang tinggal di Gaza. Banyak usulan muncul untuk mengirim warga Palestina ke negara-negara Arab tetangga, Tepi Barat, Yordania, atau negara mana pun yang bersedia menerima mereka.
Menteri Pertahanan Israel saat itu, Moshe Dayan, tidak ragu untuk menyarankan tindakan yang sangat ekstrim pada bulan Juni 1967. Ia mengatakan, "Jika kita bisa mengusir 300.000 pengungsi dari Gaza ke tempat lain... kita bisa mencaplok Gaza tanpa masalah."
Selama beberapa dekade, kelompok pro-pemukim telah berhasil mengambil alih negara ini di tingkat pemerintah, militer, dan diplomatik. Administrasi Trump memberikan kebebasan politik yang diimpikan oleh kelompok-kelompok fasis yang semakin tumbuh di Israel. Kebijakan ini memperkuat gerakan pemukim, yang kini melakukan kekerasan terhadap warga Palestina dengan hampir tanpa hukuman.
Sejak 7 Oktober 2023, dunia telah menyaksikan apa yang diposting oleh banyak tentara Israel di media sosial: bukti tindakan mereka di Gaza. Tentara Israel tidak meminta penghentian genosida terhadap rakyat Palestina, tetapi hanya meminta agar para prajurit mereka tidak menunjukkan dengan terbuka apa yang mereka lakukan, untuk menghindari risiko hukum dan politik.
Israel Palestina Gaza pemindahan sejarah konflik