Seiring berkembangnya waktu, olahraga menembak mulai menarik perhatian banyak orang, termasuk wanita. Salah satu contohnya adalah Jennifer Evans, seorang wanita berusia 55 tahun dari Ohio. Ketika suaminya mengumumkan bahwa mereka telah membeli keanggotaan di sebuah lapangan tembak dalam ruangan, Evans sempat merasa ragu dan bertanya, "Mengapa, mengapa, mengapa kamu melakukan itu?" Namun, setelah mencoba sendiri, pandangannya berubah.
Saat ini, Evans dan suaminya rutin mengunjungi Lake Erie Arms di Milan, Ohio, sebanyak empat hingga lima kali dalam sebulan. Mereka tidak hanya menikmati menembak, tetapi juga sering pergi ke restoran klub untuk makan, mendengarkan musik live, atau mengikuti kelas membuat koktail.
Awalnya, Evans mulai menembak menggunakan pistol kecil kaliber .22, sebagian untuk menyenangkan suaminya. Namun, sekarang mereka telah memiliki beberapa senjata api dan Evans sedang mempertimbangkan untuk bergabung dengan liga menembak wanita di lapangan tersebut yang bernama Lethal Ladies. "Saya tidak pernah berpikir saya akan menjadi wanita yang menyukai senjata," kata Evans. "Tapi sekarang saya mengerti."
Fenomena ini sejalan dengan tren yang lebih luas di seluruh Amerika Serikat, di mana semakin banyak orang yang penasaran dengan senjata api. Dalam lima tahun terakhir, sekitar 26,2 juta orang menjadi pemilik senjata baru untuk pertama kalinya. Pertumbuhan ini dipicu oleh pandemi, ketidakstabilan sosial, dan lonjakan kejahatan. Menurut survei tahunan yang dilakukan oleh National Shooting Sports Foundation, kelompok perdagangan industri senjata, semakin banyak wanita, minoritas, dan orang-orang yang tidak terlibat politik mulai tertarik pada olahraga ini.
Dengan adanya tren ini, lapangan tembak di seluruh negeri pun beradaptasi dan menawarkan lebih banyak kegiatan yang ramah bagi pemula, termasuk kelas dan acara sosial. Ini menunjukkan bahwa olahraga menembak bukan hanya untuk kalangan tertentu, tetapi juga dapat dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat.
wanita olahraga menembak senjata api tren Amerika