Jerman, yang selama ini dikenal sebagai negara dengan jumlah permohonan suaka tertinggi di Uni Eropa, kini tidak lagi memegang posisi tersebut. Berdasarkan laporan dari Welt am Sonntag yang mengacu pada dokumen rahasia dari Komisi Eropa, pada tanggal 2 April 2025, Prancis kini menjadi negara terdepan dalam jumlah permohonan suaka.
Antara 1 Januari dan 31 Maret 2025, Prancis mencatatkan 40.871 permohonan suaka. Diikuti oleh Spanyol dengan 39.318 permohonan, dan Jerman berada di posisi ketiga dengan 37.387 permohonan, yang mengalami penurunan sebesar 41 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Di Jerman, sekitar 24 persen dari semua permohonan suaka datang dari warga Suriah. Sementara itu, 16 persen berasal dari warga Afghanistan dan 11 persen dari warga Turki. Hal ini menunjukkan bahwa Suriah masih menjadi salah satu negara asal utama bagi pencari suaka di Jerman.
Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa Prancis kini menjadi tujuan utama bagi pengungsi dari Ukraina. Selain itu, jumlah pencari suaka di Uni Eropa, termasuk di Swiss dan Norwegia, didominasi oleh warga Venezuela, diikuti oleh warga Afghanistan dan Suriah. Jumlah permohonan suaka dari Venezuela meningkat sebesar 44 persen pada kuartal pertama tahun ini.
Namun, di sisi lain, permohonan suaka dari warga Suriah, Kolombia, dan Turki mengalami penurunan yang signifikan selama periode ini. Sementara itu, jumlah permohonan suaka dari warga Ukraina, Cina, dan India meningkat pesat, menunjukkan adanya perubahan dalam pola migrasi di Eropa.
Sebagai informasi, angka permohonan suaka yang tinggi sering kali menjadi indikator dari situasi sosial dan politik yang tidak stabil di negara asal para pengungsi. Dengan meningkatnya jumlah pengungsi dari Venezuela dan negara lainnya, isu migrasi tetap menjadi tantangan besar bagi negara-negara di Uni Eropa.
Jerman permohonan suaka Uni Eropa Prancis migrasi