Pada tanggal 28 Maret 2025, Myanmar dilanda gempa bumi dahsyat dengan kekuatan 7,9 skala Richter. Gempa ini merusak banyak bangunan dan menyebabkan lebih dari 3.000 orang kehilangan nyawa. Beberapa hari sebelum bencana ini, sebuah tim seismolog dari Cina telah menerbitkan sebuah studi yang memperingatkan adanya risiko tinggi bencana alam serupa di kawasan tersebut.
Studi tersebut dipimpin oleh insinyur senior Zhu Hongbin dari Badan Gempa Bumi Beijing. Penelitian ini dipublikasikan pada tanggal 20 Maret 2025 di Jurnal Geodesi dan Geodinamika, sebuah publikasi akademik yang dikelola oleh Administrasi Gempa Bumi Cina. Dalam studi ini, seismolog mengaitkan siklus seismik dengan fluktuasi rotasi Bumi.
Para ahli seismologi memperkirakan bahwa gempa yang melanda Myanmar bukanlah yang terakhir. Mereka menunjukkan bahwa saat ini ada peningkatan risiko terjadinya gempa bumi besar di Cina dan daerah sekitarnya. Penemuan ini menimbulkan perdebatan sengit mengenai apakah tekanan tektonik di Bumi sedang memasuki fase berbahaya baru.
Dengan banyaknya korban jiwa yang terus bertambah, perhatian dunia tertuju pada bagaimana negara-negara di sekitar Myanmar mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan bencana alam di masa depan. Penelitian ini memberikan gambaran penting mengenai kondisi geologis yang perlu diperhatikan oleh semua pihak.
Gempa bumi adalah fenomena alam yang terjadi ketika ada pergerakan mendadak pada lempeng tektonik yang menyebabkan getaran di permukaan Bumi. Penelitian tentang gempa bumi sangat penting untuk memprediksi dan mengurangi risiko yang dapat ditimbulkan bagi masyarakat.
Kondisi ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih sadar akan ancaman bencana alam dan pentingnya penelitian ilmiah dalam memahami serta mempersiapkan diri menghadapi risiko yang ada.
gempa bumi Myanmar seismolog Cina penelitian