Suara Muhammadiyah (SM) telah mengambil langkah penting dalam memodernisasi cara umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah, dalam melakukan silaturahmi. Hal ini diungkapkan oleh Ghifari, yang menyatakan bahwa Muhammadiyah bergerak maju seiring dengan perkembangan literasi yang didorong oleh pers Islam, seperti Suara Muhammadiyah yang merupakan media tertua.
Sejak 1924, Suara Muhammadiyah telah menjadi tonggak sejarah dalam cara baru umat Islam menyampaikan salam, permohonan maaf, dan menjalin silaturahmi. Pada masa itu, majalah merupakan media massa yang sangat modern, terutama di tengah situasi kolonialisme yang melanda Indonesia. Ghifari menambahkan, "Kontribusi besar Muhammadiyah pada tradisi halal bihalal disajikan dalam platform majalah, yang menunjukkan modernitas dan kemajuan Muhammadiyah. Warga Muhammadiyah adalah kelompok terpelajar dan intelektual, karena dekat dengan literasi, buku, dan ilmu pengetahuan."
Tradisi halal bihalal, yang merupakan bagian dari budaya Nusantara, khususnya dari Jawa, juga menjadi sorotan Ghifari. Dia menjelaskan bahwa hingga saat ini, dia belum menemukan literatur yang menunjukkan bahwa tradisi ini ada di luar Jawa. Namun, yang menarik, saat ini tradisi halal bihalal telah menyebar dan dilakukan di hampir seluruh Indonesia.
Dengan demikian, Suara Muhammadiyah tidak hanya berfungsi sebagai media informasi, tetapi juga sebagai jembatan untuk memperkuat silaturahmi di kalangan umat Islam, terutama bagi warga Muhammadiyah. Melalui modernisasi ini, diharapkan silaturahmi dapat berlangsung dengan lebih baik dan lebih luas lagi di seluruh pelosok negeri.
Suara Muhammadiyah silaturahmi modernisasi tradisi halal bihalal