Pada tahun 2008, buku pertama dalam seri "The Hunger Games" diterbitkan. Sejak saat itu, banyak orang memperdebatkan tentang alur cerita yang penuh kekerasan dalam buku tersebut. Namun, meskipun ada kekhawatiran, buku ini ternyata sangat populer. Lebih dari 100 juta eksemplar telah terjual di seluruh dunia, dan lima film yang diadaptasi dari buku ini berhasil meraih pendapatan sekitar $4,4 miliar secara global setelah disesuaikan dengan inflasi.
Di tahun 2025, buku terbaru dalam franchise yang ditulis oleh Suzanne Collins, berjudul "Sunrise on the Reaping", telah terjual lebih banyak daripada judul fiksi lainnya di Amazon. Ini menunjukkan bahwa minat masyarakat terhadap cerita-cerita dalam dunia dystopia masih sangat tinggi. Rencananya, versi film dari buku terbaru ini akan dirilis tahun depan.
Cerita tentang anak-anak yang dihadapkan pada situasi berbahaya atau bahkan kematian selalu menarik perhatian banyak orang. Hal ini menunjukkan bahwa ada ketertarikan yang besar terhadap genre dystopian, di mana sering kali digambarkan dunia yang kelam dan penuh tantangan.
Bagi banyak pembaca dan penonton, "The Hunger Games" bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga memberikan pelajaran tentang keberanian, perjuangan, dan harapan di tengah kesulitan. Fenomena ini mengajak kita untuk bertanya, mengapa dunia memiliki ketertarikan yang tak terpuaskan terhadap fiksi dystopia?
Ilustrasi oleh: Harry Haysom
The Hunger Games buku film fenomena dystopia