Beijing, 6 April 2025 – Ekonomi China menghadapi tantangan baru setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan tarif tambahan sebesar 34% pada berbagai produk impor dari negeri Tirai Bambu. Dengan tarif ini, total beban tarif yang harus ditanggung oleh China mencapai 65%, termasuk tarif yang sudah ada sebelumnya.
Selain itu, ada juga penghapusan pengecualian tarif untuk paket kecil, yang membuat situasi semakin sulit bagi perusahaan-perusahaan China yang mengandalkan ekspor. Kebijakan ini diperkirakan akan memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap ekonomi China, yang saat ini sudah berjuang menghadapi masalah deflasi, krisis perumahan, dan demografi yang tidak menguntungkan.
Perang dagang ini berlangsung di tengah kondisi internal China yang sedang tidak stabil. Masyarakat China menghadapi harga barang yang semakin turun, sementara pasar perumahan mengalami penurunan yang drastis. Situasi ini membuat banyak orang khawatir tentang masa depan ekonomi mereka.
Namun, meskipun tantangan ini, China memasuki era baru dengan lebih kuat dibandingkan saat Trump menjabat di periode pertama. Meskipun Amerika Serikat memperketat dinding perdagangan, ada peluang bagi pemimpin China, Xi Jinping, untuk merancang ulang peta geopolitik Asia agar lebih menguntungkan bagi negaranya.
Dalam konteks ini, langkah-langkah Trump bisa menjadi pedang bermata dua. Sementara AS berusaha untuk melindungi industri domestiknya, hal ini juga membuka kesempatan bagi China untuk memperkuat posisinya di kawasan Asia, berpotensi menarik negara-negara lain untuk menjalin kerjasama lebih dekat.
Dengan situasi yang berkembang, banyak yang akan memantau bagaimana China merespons kebijakan baru ini dan langkah-langkah apa yang akan diambil untuk menghadapi tantangan yang ada.
tarif Donald Trump ekonomi China perang dagang