Tiongkok baru saja mengumumkan bahwa mereka akan mengenakan tarif tambahan sebesar 34% untuk semua barang yang diimpor dari Amerika Serikat. Keputusan ini diambil sebagai respons terhadap tarif baru yang dikenakan oleh Presiden AS, Donald Trump, sebesar 34% untuk barang-barang dari Tiongkok yang diumumkan pada hari Rabu lalu.
Tindakan balasan ini diperkirakan akan memperburuk situasi pasar saham global yang sudah mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan ketegangan yang semakin meningkat antara dua ekonomi terbesar di dunia, yaitu Tiongkok dan Amerika Serikat.
Sebelumnya, banyak orang berpendapat bahwa Tiongkok mungkin sedang memainkan strategi yang lebih cerdas dalam menghadapi konflik perdagangan ini. Namun, keputusan terbaru ini seakan menunjukkan bahwa pemimpin Tiongkok, Xi Jinping, tidak mengindahkan nasihat kuno yang mengatakan agar kita tidak mengganggu musuh ketika mereka sedang melakukan kesalahan.
Ekonomi Tiongkok dan Amerika Serikat sangat saling terkait. Setiap langkah yang diambil salah satu negara dapat berdampak besar pada yang lainnya, menciptakan berbagai cara untuk saling melukai. Dalam sejarah, pertikaian perdagangan sering kali berujung pada konsekuensi yang lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Dengan tarif baru yang dikenakan, barang-barang yang diimpor dari Amerika Serikat akan menjadi lebih mahal bagi konsumen Tiongkok. Hal ini dapat mengurangi jumlah barang yang dibeli dari AS, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi perekonomian Amerika Serikat sendiri. Di sisi lain, produsen Tiongkok mungkin menghadapi tantangan baru dalam menjual produk mereka di pasar Amerika yang kini lebih dilindungi.
Ketegangan ini menunjukkan bahwa meskipun kedua negara saling membutuhkan, mereka juga memiliki kekuatan untuk menyakiti satu sama lain dalam hal ekonomi. Dengan situasi yang terus berkembang, banyak yang bertanya-tanya apa langkah selanjutnya yang akan diambil oleh kedua pemimpin negara ini.
Tiongkok tarif Amerika Serikat Xi Jinping ekonomi