Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, baru saja mengumumkan kebijakan baru mengenai tarif impor. Mulai sekarang, barang-barang yang masuk ke AS akan dikenakan tarif dasar sebesar 10%. Kebijakan ini tidak hanya berlaku untuk semua negara, tetapi juga akan lebih ketat bagi negara-negara mitra dagang yang memiliki surplus perdagangan dengan AS.
Salah satu negara yang terdampak oleh kebijakan ini adalah Indonesia. Barang-barang asal Indonesia yang masuk ke AS akan dikenakan tarif yang sangat tinggi, yaitu 32%. Ini adalah angka yang cukup besar dan dapat mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia ke pasar AS.
Dalam periode Januari hingga Februari 2025, AS tercatat sebagai kontributor terbesar bagi surplus perdagangan Indonesia, dengan nilai mencapai US$3,1 miliar. Dengan adanya tarif baru ini, ada kekhawatiran bahwa ekspor produk-produk Indonesia ke AS akan menurun. Hal ini bisa berdampak negatif pada perekonomian Indonesia, terutama bagi para pelaku usaha yang bergantung pada pasar Amerika.
Menanggapi kebijakan ini, banyak yang bertanya-tanya tentang strategi yang perlu diterapkan oleh pemerintah Indonesia. Apa langkah-langkah yang harus diambil untuk merespons kebijakan tarif ini? Dalam hal ini, para ahli ekonomi berpendapat bahwa penting bagi pemerintah untuk mencari pasar alternatif dan melakukan diversifikasi produk agar tidak terlalu bergantung pada satu negara.
Untuk membahas lebih dalam mengenai topik ini, akan ada Special Dialogue LIVE Prime yang menghadirkan TAUHID AHMAD, seorang Ekonom Senior dari INDEF. Acara ini akan berlangsung pada hari Jumat, 04 April 2025, pukul 11.00 - 11.30 WIB. Anda dapat menyaksikannya melalui MNC VISION Channel 100, MNC PLAY Channel 128 HD, INDI HOME Channel 119, dan beberapa saluran lainnya. Selain itu, acara ini juga dapat disaksikan secara LIVE STREAMING di www.idxchannel.com dan melalui aplikasi IDX Channel TV yang tersedia di aplikasi store.
tarif impor Donald Trump Indonesia ekspor perdagangan