Damaskus, Suriah – Presiden sementara Suriah, Ahmed al-Sharaa, meminta masyarakat untuk tetap tenang setelah terjadinya pertempuran paling mematikan sejak jatuhnya Bashar al-Assad pada bulan Desember lalu. Dalam beberapa hari terakhir, lebih dari 1.000 orang dilaporkan tewas di wilayah pesisir Suriah, menurut pengamatan dari Syrian Observatory for Human Rights (SOHR).
Pertikaian ini dimulai pada hari Kamis, ketika para pendukung mantan pemimpin otoriter Assad melancarkan serangkaian serangan dan penyergapan terhadap pasukan keamanan Suriah. Para pejuang yang terlibat merupakan anggota sekte Alawite, yang merupakan kelompok yang mendukung Assad.
Pasukan keamanan, yang didukung oleh kelompok bersenjata sekutu, membalas dengan serangan mematikan di kota Latakia dan Tartous. Berbagai laporan media dan kesaksian menunjukkan bahwa kekerasan ini meluas menjadi pembunuhan balas dendam.
Seorang saksi mata di dekat lingkungan Datour di Latakia melaporkan bahwa pria bersenjata yang mengaku berasal dari Hayat Tahrir al-Sham (HTS) melakukan penyerangan dari rumah ke rumah. Namun, ia menegaskan bahwa mereka bukanlah pejuang HTS, melainkan "kelompok teroris".
Beberapa warga sipil berhasil melarikan diri ke pangkalan udara Hmeimim yang dikelola Rusia di Latakia, tetapi kelompok bersenjata menunggu mereka di pos pemeriksaan. "Pertanyaan pertama yang diajukan di pos pemeriksaan adalah apakah kami Alawite," kata saksi mata tersebut.
Menurut laporan SOHR, setidaknya 745 warga sipil Alawite tewas di Latakia dan Tartous dalam waktu tiga hari, di samping 148 pejuang pro-Assad. Sekitar 125 anggota pasukan pemerintah baru Suriah juga dilaporkan tewas, menurut pengamat perang yang berbasis di Inggris tersebut.
"Kita harus menjaga persatuan nasional dan perdamaian dalam negeri, kita bisa hidup bersama," kata Ahmed al-Sharaa, presiden sementara Suriah, pada hari Minggu, saat pertempuran memasuki hari keempat.
"Yakinlah tentang Suriah, negara ini memiliki karakteristik untuk bertahan," tambahnya di sebuah masjid di lingkungan Mazzah di Damaskus, tempat ia dibesarkan.
Sharaa juga menyatakan, "Apa yang saat ini terjadi di Suriah adalah tantangan yang diharapkan," dan menegaskan bahwa siapa pun yang menyerang warga sipil selama serangan tersebut akan dimintai pertanggungjawaban.