Pemimpin Houthi, Abdul Malik al-Houthi, telah memberikan tenggat waktu selama empat hari kepada Israel agar mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza. Jika tidak, ia mengancam akan melanjutkan operasi angkatan laut melawan Israel. Pernyataan ini disampaikan dalam pidato yang ditayangkan oleh TV Al-Masirah, yang dikelola oleh Houthi, pada hari Jumat.
Al-Houthi menuduh Israel telah mengingkari komitmennya berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati. Tuduhan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut, di mana Houthi dari Yaman telah meluncurkan serangan rudal dan pesawat nirawak ke arah Israel dan kapal-kapal kargo yang dianggap terkait dengan Israel di Laut Merah.
Serangan-serangan ini dimulai sejak November 2023 dan dijelaskan oleh Al-Houthi sebagai bentuk solidaritas untuk Gaza. Konteks konflik ini mencakup banyak aspek, termasuk perjuangan rakyat Palestina yang saat ini sedang menghadapi krisis kemanusiaan yang serius akibat blokade dan konflik yang berkepanjangan.
Dengan tenggat waktu empat hari yang diberikan kepada Israel, banyak pihak kini menantikan apakah akan ada langkah nyata dari Israel untuk membuka akses bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Situasi ini semakin memanas, dan perhatian dunia tertuju pada bagaimana kedua belah pihak akan merespons ultimatum ini.
Konflik antara Houthi dan Israel menambah kompleksitas situasi yang sudah rumit di Timur Tengah, di mana banyak negara terlibat dalam berbagai cara. Solidaritas terhadap Gaza semakin menjadi sorotan, dan banyak yang berharap agar bantuan kemanusiaan dapat segera masuk untuk membantu mereka yang membutuhkan.
Apakah Israel akan memenuhi tenggat waktu tersebut? Dan bagaimana reaksi dari negara-negara di sekitarnya? Semua pertanyaan ini akan menjadi fokus perhatian dalam beberapa hari ke depan.