Breaking News
Pengangkatan CPNS 2024 Dipercepat Sesuai Instruksi Presiden     Mahasiswa Dikeluarkan karena Protes Palestina di Prancis     Perayaan Hari St. Patrick Meluas di Seluruh Dunia     Remaja 17 Tahun Dipukul Airsoft Gun Saat Bangunkan Warga Sahur     Amerika Serikat Luncurkan Serangan Udara Terhadap Houthi di Yaman    

Ekonomi Suriah Terpuruk Pasca Perang, Rakyat Marah

Setelah tiga bulan berakhirnya perang saudara di Suriah, kebahagiaan yang dirasakan oleh banyak orang mulai tergantikan oleh kemarahan. Hal ini disebabkan oleh kondisi ekonomi yang terus memburuk dan ketidakmampuan pemerintah baru untuk memperbaikinya.

Selama perang, ekonomi Suriah mengalami penurunan yang sangat drastis, yaitu hingga 85%. Ekspor Suriah merosot tajam, dan nilai mata uang lira jatuh dari 50 lira per dolar menjadi hampir 11.000 lira per dolar. Akibatnya, upah yang diterima oleh pekerja di Suriah saat ini tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar. Lebih dari 90% penduduk Suriah kini hidup di bawah garis kemiskinan.

Ahmed al-Sharaa, pemimpin baru Suriah, berusaha untuk meliberalisasi ekonomi, melakukan reformasi besar-besaran pada birokrasi, dan menarik investasi asing. Namun, langkah-langkah tersebut tampaknya tidak cukup untuk mengatasi masalah yang ada.

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh al-Sharaa adalah sanksi yang diterapkan oleh negara-negara Barat. Tanpa adanya bantuan dan penghapusan sanksi, usaha-usaha pemerintah untuk membangkitkan ekonomi Suriah mungkin akan sia-sia.

Kondisi ini menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan rakyat Suriah tentang masa depan mereka. Apakah pemerintah baru dapat membawa perubahan yang dibutuhkan, atau apakah rakyat Suriah harus terus menghadapi kesulitan? Waktu akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

library_books Theeconomist