Kurangnya rumah yang terjangkau menjadi salah satu alasan utama mengapa milenial mengalami kesulitan ekonomi. Banyak dari mereka merasa tidak dapat mengejar ketertinggalan finansial dibandingkan orang tua mereka. Akibatnya, mereka kesulitan untuk tinggal di kota-kota dekat teman-teman atau bahkan memiliki anak sebanyak yang mereka inginkan.
Banyak pihak yang disalahkan atas masalah ini, seperti generasi baby boomer yang dianggap menimbun rumah dan pemilik properti korporat yang serakah. Namun, masalah utama sebenarnya adalah waktu. Ketika milenial seharusnya dapat mengklaim bagian mereka dari "American Dream" atau impian Amerika, rumah-rumah yang diharapkan tidak tersedia.
Dalam dekade mendatang, pertumbuhan populasi yang lebih lambat, dengan lebih banyak kematian dan lebih sedikit kelahiran, akan mengakibatkan permintaan perumahan yang lebih lemah. Kombinasi antara peningkatan pasokan rumah dan penurunan permintaan ini dapat menyebabkan harga rumah stagnan atau bahkan menurun.
Sementara penurunan harga rumah mungkin terdengar seperti kabar baik bagi jutaan penyewa yang berharap untuk menjadi pemilik, situasi ini bisa sangat merugikan bagi mereka yang telah membeli rumah dalam beberapa tahun terakhir.
Dengan kondisi seperti ini, penting bagi milenial untuk mempertimbangkan risiko dan keuntungan dari membeli rumah. Apakah investasi ini akan memberikan keuntungan di masa depan? Atau justru akan menjadi beban keuangan?
Untuk informasi lebih lanjut mengenai mengapa membeli rumah mungkin tidak menguntungkan bagi generasi muda Amerika dalam jangka panjang, Anda dapat mencari artikel yang lebih mendalam.
Artikel ini ditulis oleh James Rodriguez.
(Kredit: Getty Images; Jenny Chang-Rodriguez/BI)