Pada tanggal 7 Maret 2025, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memberikan pidato di depan Kongres AS untuk pertama kalinya selama masa jabatan keduanya. Pidato ini dipenuhi dengan suasana yang penuh emosi, terutama terlihat dari reaksi anggota Kongres yang hadir.
Selama pidato, para anggota Partai Republik memberikan sorakan yang penuh semangat dan dukungan kepada Trump. Namun, di sisi lain, anggota Partai Demokrat menunjukkan protes yang cukup keras. Mereka mengangkat berbagai spanduk yang menolak pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh presiden. Salah satu spanduk bertuliskan "Falsch" yang berarti "Salah". Anggota Kongres, Melanie Stansbury, juga terlihat memegang kertas bertuliskan "Ini tidak normal" saat Trump memasuki ruangan, tetapi kertas tersebut diambil paksa oleh seorang anggota Partai Republik.
Selain itu, anggota Kongres Rashida Tlaib merasa perlu untuk menyampaikan pendapatnya dengan menulis komentar di sebuah papan tulis yang kemudian diangkatnya, dengan tulisan seperti "Ini adalah kebohongan!". Aksi-aksi ini menunjukkan ketidakpuasan anggota Demokrat terhadap apa yang disampaikan oleh Trump.
Para anggota Demokrat juga menggunakan pakaian mereka untuk menyampaikan protes. Banyak di antara mereka mengenakan warna pink, yang merupakan warna simbolik protes wanita anti-Trump. Selain itu, mereka juga mengenakan warna biru dan kuning, yang merupakan warna nasional Ukraina, sebagai bentuk solidaritas terhadap Ukraina dan Presiden Volodymyr Zelensky. Solidaritas ini muncul setelah insiden beberapa hari sebelumnya, di mana Trump terlihat merendahkan Zelensky di depan kamera di Gedung Putih.
Sementara itu, anggota Partai Republik tidak hanya mendukung Trump, tetapi juga memberikan penghormatan kepada penasihatnya, Elon Musk. Trump mengucapkan terima kasih kepada Musk atas perannya dalam mengurangi jumlah lembaga pemerintah. Mendengar pujian tersebut, Musk bangkit dan memberikan salam militer dengan tangan di dahi, yang disambut dengan tepuk tangan meriah dari sisi Republikan di ruangan tersebut.
Suasana di Kongres AS ini mencerminkan perpecahan yang semakin dalam antara kedua partai politik, dengan protes dan dukungan yang saling berbenturan. Pidato ini bukan hanya menjadi momen untuk mendengarkan pemikiran presiden, tetapi juga menjadi panggung bagi ekspresi ketidakpuasan dan dukungan dari anggota Kongres.