Pada hari Selasa, Tiongkok mengumumkan bahwa mereka akan menaikkan pajak impor terhadap beberapa produk pertanian dan makanan dari Amerika Serikat. Kenaikan ini berkisar antara 10% hingga 15%.
Kenaikan pajak ini merupakan respons terhadap kebijakan tarif yang diterapkan oleh pemerintah Amerika Serikat. Sebelumnya, AS telah menerapkan tarif sebesar 10% pada semua barang dari Tiongkok, ditambah dengan 10% yang telah diberlakukan bulan lalu. Dengan demikian, total tarif yang dikenakan pada barang-barang China kini mencapai 20%.
Langkah Tiongkok ini tidak hanya mencakup kenaikan pajak impor, tetapi juga memperluas kontrol ekspor terhadap 15 perusahaan asal AS. Hal ini menunjukkan ketegangan yang semakin meningkat dalam hubungan perdagangan antara kedua negara.
Pakar ekonomi menjelaskan bahwa tindakan balasan ini dapat mempengaruhi banyak petani dan produsen makanan di Amerika Serikat, yang mungkin akan menghadapi kesulitan dalam menjual produk mereka di pasar Tiongkok. "Kenaikan pajak impor ini dapat membuat harga produk pertanian AS menjadi lebih mahal di Tiongkok," kata seorang analis ekonomi.
Perdagangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat sangat penting, karena kedua negara merupakan salah satu mitra dagang terbesar di dunia. Kenaikan tarif ini dapat berdampak luas, tidak hanya pada kedua negara, tetapi juga pada perekonomian global secara keseluruhan.
Ketegangan dalam perdagangan ini membuat banyak orang bertanya-tanya tentang langkah selanjutnya yang akan diambil oleh kedua negara. Apakah Tiongkok akan mengambil tindakan lebih lanjut? Atau akankah Amerika Serikat mencari cara untuk meredakan ketegangan ini?
Para pengamat perdagangan akan terus memantau perkembangan ini dengan seksama. Sementara itu, kedua negara harus mempertimbangkan dampak dari tindakan mereka terhadap hubungan perdagangan yang sudah ada.