Dalam kehidupan, kita sering kali merasa tidak lebih istimewa daripada semut atau bunga daffodil. Namun, budaya dan orang-orang di sekitar kita, seperti orang tua, berusaha membuat kita merasa spesial. Hal ini penting agar kita bisa menghadapi kenyataan bahwa dalam skema besar kehidupan, kita mungkin terlihat tidak berarti.
Ketika kita tumbuh dewasa, kita diajarkan untuk merasa istimewa, tetapi pada saat yang sama, kita juga diharapkan untuk menikmati dunia di mana kita tidak selalu menjadi yang terpenting. Setelah pemikiran Charles Darwin, yang mengatakan bahwa kita adalah hasil dari proses kebetulan, kita harus mencari makna lain yang bisa membuat hidup kita berharga. Ketika kita menyadari betapa kebetulan keberadaan kita, kita mungkin tergoda untuk berpikir bahwa kita adalah orang yang terpilih.
Sering kali, kita merasa lebih spesial dalam kehidupan yang tidak kita jalani, yaitu kehidupan yang hanya ada dalam imajinasi kita. Kita perlu bertanya-tanya, apa yang membuat kita merasa perlu menjadi spesial? Apakah kebutuhan itu menghalangi kita untuk melihat kenyataan hidup kita?
Pertanyaan ini menjadi inti dari psikologi, yang mencoba menjawab jenis kesenangan apa yang bisa membuat kita bahagia meskipun kita merasa biasa saja. Ketika janji akan keabadian atau menjadi yang terpilih tidak lagi ada, kita mulai mencari cara untuk mendapatkan lebih banyak dari hidup ini. Dalam kehidupan modern, kita sering kali terjebak oleh pilihan-pilihan yang kita buat dan merasa tidak puas dengan apa yang kita miliki.
Kita menjadi terobsesi dengan apa yang hilang dalam hidup kita dan apa yang menghalangi kebahagiaan yang kita cari. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami bahwa merasa spesial adalah bagian dari perjalanan hidup yang harus kita jalani, meskipun pada kenyataannya kita adalah bagian kecil dari alam semesta ini.