Sebuah dokumenter berjudul "Under Fire: Israel’s War on Medics" baru-baru ini mengungkapkan fakta mengejutkan mengenai tingginya angka kematian tenaga medis di Lebanon akibat serangan militer Israel. Dokumenter ini merekam kesaksian dari paramedis, pekerja penyelamat, pejabat pemerintah, dan pakar independen yang menyatakan bahwa angka kematian yang tinggi di kalangan tenaga kesehatan disebabkan oleh penargetan yang disengaja oleh militer Israel.
Menurut laporan dari PBB dan kementerian kesehatan Lebanon, setidaknya 222 dari lebih dari 4.000 orang yang tewas dalam perang Israel melawan Lebanon adalah pekerja bantuan dan kesehatan. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya kondisi yang dihadapi oleh para tenaga medis di lapangan.
Di bawah hukum internasional, penargetan terhadap petugas medis atau pekerja kesehatan yang tidak terlibat dalam konflik bersenjata adalah ilegal, meskipun mereka didanai atau dioperasikan oleh kelompok yang terlibat dalam pertempuran seperti Hezbollah.
Hussein Jaber, seorang pekerja penyelamat berusia 30 tahun, mengenang salah satu insiden ketika serangan udara Israel mengguncang kota Nabatieh di selatan Lebanon. Ia menceritakan bagaimana beberapa rekannya terluka, dan salah satu dari mereka terbunuh akibat serangan yang dikenal sebagai "double-tap strike". Serangan ini melibatkan penyerangan terhadap sebuah target, menunggu beberapa menit untuk petugas pertama tiba, dan kemudian menyerang lokasi yang sama kembali.
"Pada 16 Oktober, Nabatieh diserang oleh serangkaian serangan udara berat. Martir [Najih Fahas] sedang memeriksa pasokan air [dari truk pemadam kebakaran dekat kantor pertahanan sipil kami]. Tiba-tiba, kami mendengar suara ledakan keras dan asap hitam tebal memenuhi udara. Kami tidak bisa bernapas," kenang Jaber.
"Kami mendengar suara Najih dari kejauhan dan segera bergegas menuju ke arahnya. Dia berdarah hebat. Kami mulai menuju rumah sakit, tetapi dalam perjalanan, kami terkena serangan lain tepat di sebelah kami. Ambulans itu, pemandangan yang tidak nyata, terlempar ke udara dan kemudian jatuh kembali," tambahnya. "Ambulans itu terkena pecahan dan puing-puing," imbuhnya.
Nabatieh termasuk salah satu daerah yang paling parah terkena dampak di selatan Lebanon dan sering menjadi target serangan Israel sebelum gencatan senjata diberlakukan pada 26 November.