Di Swedia, aksi kekerasan yang dilakukan oleh geng-geng kriminal telah berlangsung selama bertahun-tahun. Namun, skala serangan terbaru yang terjadi sangat mengejutkan. Pada bulan Januari saja, tercatat lebih dari 30 kejadian ledakan bom. Pihak kepolisian melaporkan bahwa mereka berhasil menggagalkan setidaknya jumlah serangan yang sama.
Masyarakat, terutama para pengusaha, kini merasa terancam. Geng-geng seperti "Foxtrot" ditengarai menargetkan bisnis-bisnis yang dianggap rentan. Mereka menggunakan taktik intimidasi dengan ancaman bahwa jika tidak membayar uang tebusan, bom dapat diletakkan di tempat kerja atau rumah mereka.
Perubahan taktik ini diduga sebagian disebabkan oleh penegakan hukum yang lebih efektif. Menurut Casio Dahir, seorang pekerja sosial, kepolisian telah meningkatkan penanganan terhadap geng-geng yang terlibat dalam perdagangan narkoba. Akibatnya, pemerasan menjadi pilihan yang lebih menguntungkan bagi para pelaku kejahatan.
Meskipun polisi telah menangkap puluhan tersangka baru-baru ini, mereka mengungkapkan bahwa jumlah pelaku yang terlibat dalam kejahatan ini sangat banyak dan tampaknya tidak akan habis. Situasi ini semakin memanas dan memicu perdebatan tentang imigrasi di negara tersebut, yang sudah menjadi isu hangat di kalangan masyarakat.
Pihak kepolisian dan lembaga terkait terus berupaya untuk mengatasi masalah ini agar masyarakat dapat merasa aman kembali.