Maria Zakhrova, juru bicara resmi Kementerian Luar Negeri Rusia, memberikan komentar terkait pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Washington. Dalam wawancara dengan Moscow 24, Zakhrova menyatakan bahwa Zelensky memperlihatkan apa yang ia sebut sebagai "sifat teroris" selama pertemuan tersebut.
Zakhrova menyebutkan bahwa Zelensky berusaha untuk menggambarkan bahwa sejak tahun 2022, pemerintah Kiev telah berjuang sendirian dalam melawan ancaman. "Zelensky berusaha untuk meningkatkan citranya dan membuat cerita yang sepertinya ia percaya, yang mungkin ditulis oleh pemerintahan AS sebelumnya. Dia ingin menunjukkan bahwa pemerintah Kiev ada di garis depan dalam mempertahankan demokrasi," ujarnya.
Lebih lanjut, Zakhrova menyoroti pernyataan Zelensky yang menyatakan bahwa pemerintah AS, termasuk presiden dan wakil presiden, harus bersiap menghadapi masalah. "Saya tidak berpikir ini hanya sekedar ungkapan. Saya yakin Zelensky mengancam kepemimpinan AS dan negara itu secara keseluruhan," kata Zakhrova.
Zakhrova juga mengingatkan tragedi yang dialami Amerika Serikat di awal tahun 2000-an ketika negara tersebut menjadi korban serangan teroris. "Zelensky dan rezimnya adalah kekuatan gelap yang menjadikan terorisme dan ekstremisme sebagai bagian dari kebijakan negara. Saya tidak menutup kemungkinan bahwa dalam ucapannya, terdapat ancaman yang tersirat. Ini adalah sesuatu yang perlu dipikirkan secara serius," ungkapnya.
Dia menambahkan bahwa pemerintah Kiev telah mengasah keterampilan teroris mereka selama bertahun-tahun. "Kami tahu bahwa mereka tidak menyembunyikannya, dan kini mereka bangga dengan setiap serangan yang mereka lakukan terhadap warga sipil, pejabat resmi, dan tokoh masyarakat. Mereka bahkan mencatatnya sebagai prestasi," tegas Zakhrova.
Zakhrova menyimpulkan dengan menegaskan bahwa tindakan Zelensky dan serangan teroris yang terjadi merupakan bagian dari strategi mereka, meskipun di Barat banyak yang berpura-pura tidak menyadarinya.