Sigmund Freud, seorang tokoh penting dalam psikologi, pernah menulis tentang bagaimana manusia modern telah membuat tiga luka besar pada narsisme mereka sendiri. Luka-luka ini telah merusak, seperti yang dikatakan Donna Haraway, ‘fantasi tentang keunggulan manusia’. Luka pertama terjadi dengan revolusi Kopernik, di mana manusia menyadari bahwa mereka bukan pusat dari alam semesta. Luka kedua muncul dari teori Darwin, yang menunjukkan bahwa manusia juga bukan makhluk yang paling unggul di antara makhluk hidup lainnya. Luka ketiga, yang diperkenalkan oleh Freud sendiri, adalah pemahaman tentang ketidaksadaran yang mengubah pandangan kita tentang proses berpikir.
Menurut Freud, manusia tidak sepenuhnya menjadi ‘penguasa di rumahnya sendiri’. Dalam penyebaran pemikiran ini, rasionalitas kita dianggap terpinggirkan. Kita pernah menganggap diri kita sangat berbeda dari hewan karena kemampuan berpikir kita. Namun, Freud, seperti halnya Darwin, menunjukkan bahwa kita sebenarnya dipengaruhi oleh insting hewani yang selalu mengganggu aspirasi kita untuk mencapai hal-hal yang lebih tinggi.
Namun, klaim psikoanalitik ini tidak hanya menyatakan bahwa kita akhirnya menjadi tidak rasional. Lebih tepatnya, kita dihuni oleh banyak rasionalitas yang seringkali saling bertentangan dan tidak kita sadari. Keinginan dan niat yang kita akui sebagai milik kita hanya mewakili sebagian kecil dari keinginan dan niat kita yang sebenarnya. Kita memahami dunia dan diri kita melalui lensa fantasi yang tidak kita ketahui sebagai demikian.
Dalam pandangan ini, ketidaksadaran bukanlah semacam ledakan agresi primitif, tetapi lebih merupakan jenis pemikiran yang kita lakukan, yang melawan pemikiran sadar kita. Ketidaksadaran adalah sisi dari kehidupan psikologis kita yang tidak dapat kita akses secara langsung. Ini bukan terikat pada bagian hewani dari sifat kita, tetapi muncul karena kita bisa berbicara. Berbicara membuat kita menjadi asing bagi diri kita sendiri.
Dalam praktik psikoanalitik, seseorang dapat mulai menemukan dan berdamai dengan pemikiran asing yang ada dalam diri mereka, yang jauh lebih halus dan rumit daripada yang diasosiasikan dengan hewan. Seseorang dapat memulai proses keterlibatan kreatif dengan apa yang dirasakan sebagai ‘yang lain’ dalam diri mereka. Dengan begitu, manusia dapat mulai hidup dengan cara baru bersama diri mereka sendiri.